Jakarta (Indonesia Window) – Harga minyak lebih tinggi pada akhir perdagangan Jumat (3/6) atau Sabtu pagi WIB, didukung oleh ekspektasi bahwa keputusan OPEC untuk meningkatkan target produksi sedikit lebih banyak dari yang direncanakan tidak akan menambah banyak pasokan global yang akan diperketat karena China melonggarkan pembatasan COVID.
Harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Agustus terangkat 2,11 dolar AS atau 1,8 persen, menjadi menetap di 119,72 dolar AS per barel.
Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Juli bertambah 2,0 dolar AS atau 1,7 persen, menjadi ditutup di 118,87 dolar AS per barel.
Untuk pekan ini, standar harga minyak mentah AS naik 3,3 persen, sementara Brent naik 3,6 persen, berdasarkan kontrak bulan depan.
Harga minyak mentah AS mencatat kenaikan pekanan keenam karena ketatnya pasokan AS, yang telah mendorong pembicaraan tentang pembatasan ekspor bahan bakar atau pajak rejeki nomplok (windfall profit tax) pada produsen minyak dan gas.
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+ pada Kamis (2/6) sepakat untuk meningkatkan produksi sebesar 648.000 barel per hari (bph) per bulan pada Juli dan Agustus dari 432.000 barel per hari seperti yang disepakati sebelumnya.
“Keputusan OPEC+ kemarin dan percepatan yang sedang berlangsung dalam rilis cadangan minyak strategis menjaga ketersediaan minyak mentah pada tingkat yang cukup terutama dengan permintaan dari penyulingan yang turun drastis dari beberapa tahun lalu,” kata Presiden Ritterbusch and Associates LLC, Jim Ritterbusch, di Galena, Illinois, AS.
Kenaikan produksi bisa di bawah jumlah yang dijanjikan karena OPEC+ membagi kenaikan di seluruh anggotanya dan masih termasuk Rusia, yang produksinya turun karena sanksi telah mendorong beberapa negara untuk menghindari membeli minyaknya sejak invasi ke Ukraina.
Presiden Joe Biden secara terbuka mengakui bahwa dia akan segera melakukan perjalanan ke Arab Saudi, sebuah perjalanan yang menurut beberapa sumber diharapkan dan dapat mencakup pembicaraan dengan Putra Mahkota Saudi Mohammad bin Salman.
Kunjungan itu akan ditujukan untuk memperkuat hubungan AS-Saudi ketika Biden mencari cara untuk menurunkan harga bensin AS.
Baru-baru ini pada Rabu (1/6), Gedung Putih mengatakan Biden masih merasa bin Salman adalah ‘paria’ untuk apa yang dikatakan intelijen AS sebagai perannya dalam pembunuhan dan pengoyakan-pengoyakan lawan politik, jurnalis Washington Post Jamal Khashoggi di Turki pada 2018.
Persediaan tetap ketat. Pada Kamis (2/6), laporan persediaan pekanan AS menunjukkan stok minyak mentah turun lebih dari yang diperkirakan 5,1 juta barel. Persediaan bensin juga turun.
Perusahaan-perusahaan energi AS pekan ini membiarkan rig minyak dan gas alam tidak berubah di 727 rig dalam sepekan hingga 3 Juni, kata Baker Hughes Co. dalam laporannya yang diikuti dengan cermat pada Jumat (3/6).
Permintaan juga meningkat. Pusat keuangan China Shanghai dan ibu kota Beijing, telah melonggarkan pembatasan COVID-19 dan pemerintah China telah berjanji untuk merangsang ekonomi.
Minyak menahan kenaikannya setelah data AS menunjukkan lapangan kerja meningkat lebih dari yang diharapkan pada Mei, tanda-tanda pasar tenaga kerja yang ketat.
Laporan: Redaksi