Banner

Jakarta (Indonesia Window) – Harga minyak jatuh di perdagangan Asia pada Senin, di tengah rencana Presiden AS Joe Biden dan Presiden Rusia Vladimir Putin akan mengadakan pertemuan puncak tentang krisis Ukraina dan prospek kesepakatan nuklir antara Iran dan kekuatan dunia dalam satu atau dua pekan ke depan.

Kantor Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Senin bahwa dia telah mengajukan pertemuan puncak kepada kedua pemimpin mengenai “keamanan dan stabilitas strategis di Eropa.” Gedung Putih mengatakan Biden telah menerima pertemuan itu “pada prinsipnya” tetapi hanya “jika invasi tidak terjadi.”

Harga Minyak mentah berjangka Brent turun 73 sen atau 0,8 persen menjadi diperdagangkan di 92,81 dolar AS pada pukul 02.24 GMT, setelah melonjak lebih dari 1 dolar AS menjadi 95,00 dolar AS pada awal perdagangan, level tertinggi sejak Rabu (16/2).

Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS juga turun 52 sen atau 0,6 persen, menjadi diperdagangkan di 90,55 dolar AS per barel setelah mencapai level tertinggi 92,93 dolar AS.

Pasar minyak telah gelisah selama sebulan terakhir di tengah kekhawatiran invasi Rusia ke tetangganya dapat mengganggu pasokan minyak mentah, tetapi kenaikan harga telah dibatasi oleh kemungkinan lebih dari 1 juta barel per hari minyak mentah Iran akan kembali ke pasar.

Banner

Seorang pejabat senior Uni Eropa mengatakan pada Jumat (18/2) bahwa kesepakatan untuk menghidupkan kembali perjanjian nuklir Iran 2015 “sangat sangat dekat”.

Analis mengatakan pasar tetap ketat, dan setiap penambahan minyak akan membantu, tetapi harga akan tetap bergejolak dalam waktu dekat karena minyak mentah Iran kemungkinan hanya akan kembali akhir tahun ini.

“Ada begitu banyak tekanan geopolitik sehingga sulit untuk mengetahui apa jawabannya (pada pergerakan pasar) – dengan Ukraina dan Iran,” kata Analis Komoditas National Australia Bank Baden Moore.

Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan Rusia akan terputus dari pasar keuangan internasional dan ditolak akses ke ekspor utama yang diperlukan untuk memodernisasi ekonominya jika menginvasi Ukraina.

“Jika invasi Rusia terjadi seperti yang telah diperingatkan AS dan Inggris dalam beberapa hari terakhir, Brent berjangka bisa melonjak di atas 100 dolar AS per barel, bahkan jika kesepakatan Iran tercapai,” kata Analis Commonwealth Bank Vivek Dhar dalam sebuah catatan.

Laporan: Redaksi

Banner

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan