Damaskus, Suriah (Xinhua) – Seorang pejabat senior Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas) pada Rabu (19/10) mengatakan di Damaskus bahwa gerakan tersebut telah memulihkan hubungan dengan pemerintah Suriah.
“Kami setuju dengan Presiden Assad untuk membuka lembaran baru,” ujar Khalil Al-Hayya, seorang pejabat senior yang bertanggung jawab atas Biro Hubungan Negara Arab dan Islam di Hamas, dalam sebuah konferensi pers menyusul pertemuan antara Presiden Suriah Bashar Al-Assad dengan delegasi yang terdiri dari perwakilan Hamas dan beberapa faksi Palestina di Damaskus.
Dirinya menambahkan bahwa keputusan gerakan itu untuk memutus hubungan dengan Damaskus dan dukungannya pada pemberontak antipemerintah merupakan “sebuah kesalahan,” seraya menambahkan keputusan untuk memulihkan hubungan dengan pemerintah Suriah dibuat oleh kepemimpinan Hamas dengan suara bulat.
Menurut sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh Kepresidenan Suriah usai pertemuan tersebut, Presiden Assad menegaskan kembali dukungan pemerintahnya untuk perjuangan Palestina, sementara para anggota delegasi Palestina mengungkapkan rasa terima kasih mereka atas dukungan pemerintah Suriah terhadap rakyat Palestina dan pengorbanan yang telah dilakukan Suriah terkait hal itu.
Damaskus telah menjadi markas besar Hamas sejak 1999. Kepemimpinan gerakan itu meninggalkan Suriah setelah dimulainya Perang Saudara Suriah pada 2012 dan saat ini berbasis di Qatar dan Turki.
Selama konferensi pers pada Rabu itu, Al-Hayya mengatakan bahwa baik Qatar maupun Turki tidak menentang setelah diinformasikan oleh Hamas tentang keputusannya memulihkan hubungan dengan Damaskus.
Faksi Palestina lainnya di Damaskus yang bertahan di Suriah selama krisis Suriah, tidak seperti Hamas, menyambut normalisasi hubungan antara gerakan tersebut dan Damaskus.
“Kami senang dengan pemulihan hubungan antara Suriah dan Hamas,” kata Talal Naji, Sekretaris Jenderal Komando Umum Front Rakyat untuk Pembebasan Palestina, dalam sebuah pernyataan pada Rabu yang sama.
Laporan: Redaksi