Banner

Menhan Israel setujui rencana operasional untuk lanjutkan serangan di Gaza

Foto yang diabadikan pada 24 Maret 2025 ini menunjukkan reruntuhan sejumlah bangunan yang rusak akibat penembakan artileri Israel di lingkungan Shuja’iyya, sebelah timur Gaza City. (Xinhua/Rizek Abdeljawad)

Hamas menahan 251 sandera dalam serangannya di Israel selatan pada 7 Oktober 2023. Menurut data Israel, 59 sandera masih berada di Gaza, dengan 35 di antaranya diperkirakan telah tewas.

 

Yerusalem, Wilayah Palestina yang diduduki (Xinhua/Indonesia Window) – Israel Katz, menteri pertahanan (menhan) Israel, pada Selasa (25/3) mengatakan dirinya telah menyetujui rencana operasional untuk “melanjutkan” serangan di Jalur Gaza.

“Hari ini saya datang ke sini untuk mengamati dari dekat pertempuran dan persiapan di lapangan menjelang keputusan-keputusan yang akan datang,” ungkap Katz dalam sebuah kunjungan ke Divisi Gaza, yang bermarkas di Kamp Re’im di dekat Jalur Gaza.

“Tujuan utama kami sekarang adalah membawa pulang semua sandera,” ujar Katz.

Dia memperingatkan jika Hamas tidak membebaskan para sandera yang tersisa, “Hamas akan membayar harga yang semakin berat dalam bentuk kehilangan wilayah dan penargetan para militan serta infrastruktur teror, hingga akhirnya mereka benar-benar kalah.”

Banner

Hamas menahan 251 sandera dalam serangannya di Israel selatan pada 7 Oktober 2023. Menurut data Israel, 59 sandera masih berada di Gaza, dengan 35 di antaranya diperkirakan telah tewas.

Perjanjian gencatan senjata bertahap mulai berlaku pada 19 Januari lalu setelah 15 bulan Israel melancarkan serangan yang meluluhlantakkan Gaza. Tahap pertama mencakup pembebasan 33 sandera dan sekitar 2.000 warga Palestina yang ditahan di penjara Israel. Semua sandera yang masih hidup rencananya akan dibebaskan dalam tahap kedua sebagai pertukaran atas gencatan senjata permanen dan pembebasan lebih banyak lagi tahanan Palestina.

Namun, Israel menolak melanjutkan ke tahap kedua dan tetap melanjutkan serangan udara serta darat di Gaza pada 18 Maret, yang menurut data terbaru dari otoritas kesehatan di Gaza sejauh ini telah menewaskan 792 warga Palestina.

Hamas menahan 251 sandera
Warga Palestina berduka atas kematian kerabat mereka akibat pengeboman Israel di Rumah Sakit Arab Al-Ahli di Gaza City pada 24 Maret 2025. (Xinhua/Rizek Abdeljawad)

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan alasan Israel kembali melancarkan serangan adalah karena Hamas menolak tawaran untuk memperpanjang tahap awal dari perjanjian gencatan senjata.

Merespons serangan yang kembali dilancarkan Israel tersebut, Hamas juga meluncurkan beberapa roket yang menargetkan wilayah Israel, yang menurut Israel sebagian besar berhasil dicegat.

Dua narasumber keamanan Mesir pada Senin (24/3) mengatakan kepada Xinhua bahwa Mesir telah mengajukan proposal “mendesak” baru kepada Israel dan Hamas, dengan “Hamas akan terlebih dahulu membebaskan lima sandera Israel yang masih hidup, termasuk seorang tentara Israel-Amerika, sebagai imbalan untuk gencatan senjata di Jalur Gaza selama 40 hari guna membuka jalan bagi perundingan mengenai tahap kedua.”

Banner

Hamas langsung menyetujui proposal baru yang diajukan Mesir itu, menurut sumber-sumber keamanan tersebut, namun tidak ada penjelasan apakah pihak Israel telah memberikan tanggapan.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan