Jakarta (Indonesia Window) – Maskapai terbesar Uni Emirat Arab (UEA) Emirates pada hari Kamis (23/6) melakukan penerbangan penumpang pertamanya ke Israel, menandai dimulainya rute penerbangan harian antara Dubai dan Tel Aviv.
Penerbangan EK931 itu membawa 355 penumpang dan disambut dengan water salute (penghormatan dengan menyemprotkan air ke tubuh pesawat) tradisional setibanya di Bandara Ben Gurion.
Menurut situs jejaring Israel 24, Duta Besar UEA untuk Israel Mohamed Al-Khaja berada di pesawat bersama dengan wartawan dari outlet berita Israel.
“Saya berharap layanan udara baru ini akan membuka jalur peluang baru bagi rakyat kami dan memperkuat hubungan antara kedua negara,” kata Al-Khaja di Twitter, seraya menambahkan, “Terima kasih Emirates telah memimpin jalan ini.”
Pada September 2020, UEA dan Israel menandatangani kesepakatan yang disponsori Amerika Serikat untuk menormalkan hubungan mereka.
Sejak itu, kedua pihak telah bertukar kunjungan resmi sesama pejabat senior dan menandatangani puluhan perjanjian bilateral di berbagai bidang, termasuk investasi, layanan perbankan, dan pariwisata.
Tiga negara Arab lainnya, yakni Bahrain, Maroko, dan Sudan, juga bergabung dengan UEA dalam langkah kontroversial yang kemudian dikenal sebagai Kesepakatan Abraham (Abraham Accord).
Abraham Accord
Dokumen ‘perdamaian’ Abraham Accord ditandatangani di Gedung Putih, di ibu kota Amerika Serikat, Washington pada 15 September 2020.
Penandatanganan tersebut berlangsung di Halaman Selatan Gedung Putih, tempat yang sama di mana Perdana Menteri Israel Yitzhak Rabin dan pemimpin Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) Yasser Arafat menandatangani Oslo Accord pada 1993.
Dokumen Abraham Accord ditandatangani oleh Menteri Luar Negeri UEA Abdullah bin Zayed; Menteri Luar Negeri Bahrain Abdullatif bin Rashid Al-Zayani; dan Perdana Menteri Israel Benjamin Natanyahu.
Presiden AS Donald Trump yang menyaksikan acara tersebut juga turut menandatangani kesepakatan itu.
Abraham Accord menegaskan bahwa dua negara Teluk, UEA dan Bahrain, bergabung dengan Mesir dan Yordania sebagai negara Arab yang memiliki hubungan penuh dengan Israel.
Sebagian isi dokumen tersebut adalah, “Kami yang bertanda tangan di bawah ini menyadari pentingnya menjaga dan memperkuat perdamaian di Timur Tengah dan seluruh dunia berdasarkan saling pengertian dan hidup berdampingan, serta menghormati martabat dan kebebasan manusia, termasuk kebebasan beragama.”
“Kami mendorong upaya untuk mempromosikan dialog antaragama dan antarbudaya untuk memajukan budaya perdamaian di antara tiga agama Ibrahim dan seluruh umat manusia.”
Dalam dokumen itu para pihak juga menegaskan untuk berusaha mengakhiri radikalisasi dan konflik guna memberikan masa depan yang lebih baik kepada semua anak-anak, dengan mengejar visi perdamaian, keamanan, serta kemakmuran di Timur Tengah dan di seluruh dunia.
Sumber: Anadolu Agency
Laporan: Redaksi