E-commerce lintas perbatasan di China yang menyasar negara-negara ASEAN berkembang dengan pesat, terutama melalui penjualan livestreaming.
Nanning, China (Xinhua/Indonesia Window) – “Halo! Hari ini, saya telah menyiapkan eyeliner, perona pipi, dan pensil alis untuk Anda…,” tutur pembawa acara Huang Yuting saat memperkenalkan berbagai produk dalam bahasa Thailand yang fasih di dalam sebuah studio livestreaming lintas perbatasan di Zona Perdagangan Bebas Percontohan (Guangxi) China wilayah Nanning di Daerah Otonom Etnis Zhuang Guangxi, China selatan.
Di sisi lain layar, konsumen Thailand cukup mengeklik ‘pesan’, dan barang-barang ‘Made in China’ tersebut akan dikirim dari gudang-gudang di Bangkok, hingga dapat diterima para konsumen dalam waktu sekitar tiga hari.
Dalam beberapa tahun terakhir, e-commerce lintas perbatasan di China yang menyasar negara-negara ASEAN berkembang dengan pesat. Huang menyaksikan langsung tren yang berkembang pesat tersebut. Di Guangxi, semakin banyak bisnis merambah e-commerce lintas perbatasan yang menyasar pasar-pasar ASEAN.
Pada 2023, Huang memutuskan untuk mengubah jalur kariernya dan menjadi penjual livestreaming. “Saya pertama kali bergabung dengan perusahaan saat Festival Songkran Thailand pada 2023, yang bertepatan dengan peluncuran sandal POSEE, yang terjual lebih dari 200.000 baht Thailand hanya dalam satu hari,” ungkapnya. Sejak saat itu, rangkaian produknya telah berkembang dari alas kaki dan peralatan rumah tangga sederhana hingga mencakup kamera, kosmetik, dan lensa kontak.
Memahami fitur produk, menyusun dialog livestreaming yang menarik, dan membuat video promosi pendek menjadi bagian dari rutinitas harian Huang. Bersama rekan-rekannya, dia membantu memfasilitasi kesuksesan semakin banyak produk “Made in China” di kancah internasional. “Dulu, masyarakat Thailand enggan berbelanja daring, namun kini setelah logistik membaik, mereka lebih memperhatikan harga dan kualitas,” papar Huang.
Guangxi Hualibo Media Co.,Ltd., sebuah perusahaan media yang berbasis di Nanning, tempat Huang bekerja, menyadari potensi e-commerce lintas perbatasan. Pada 2022, perusahaan itu berinvestasi dalam membangun “Basis Inkubasi Pembawa Acara Lintas Perbatasan China-ASEAN.” Hingga saat ini, basis tersebut telah melatih lebih dari 1.000 tenaga profesional dalam berbagai peran dalam lanskap e-commerce lintas perbatasan, termasuk sekitar 200 pembawa acara yang fasih dalam bahasa negara-negara ASEAN. Mereka menyediakan layanan bagi lebih dari 30 perusahaan dan merek yang membidik akses pasar internasional.
Menurut Qin Li, manajer umum Guangxi Hualibo Media Co.,Ltd., manfaat berkelanjutan dari Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (Regional Comprehensive Economic Partnership/RCEP) dan peningkatan efisiensi bea cukai mengubah impian menjual produk “buatan China” di kancah global melalui livestreaming menjadi kenyataan.
Dalam beberapa tahun terakhir, China telah menerapkan serangkaian kebijakan untuk mendukung e-commerce lintas perbatasan, termasuk membangun zona-zona percontohan komprehensif dan menyempurnakan kerangka regulasi.
Menurut data awal dari Administrasi Umum Bea Cukai China, impor dan ekspor e-commerce lintas perbatasan di negara tersebut mencapai 1,88 triliun yuan pada tiga kuartal pertama 2024, mencatatkan peningkatan 11,5 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).
China memiliki lebih dari 120.000 entitas e-commerce lintas perbatasan dan lebih dari 1.000 kawasan industri e-commerce lintas perbatasan. Jumlah gudang di luar negeri sejauh ini telah mencapai lebih dari 2.500, yang mencakup total area lebih dari 30 juta meter persegi.
Dengan memanfaatkan keunggulan geografisnya berupa konektivitas darat dan laut dengan negara-negara ASEAN, Guangxi secara cepat membangun jaringan logistik e-commerce lintas perbatasan yang efisien. Saat ini, sebanyak 15 rute udara untuk e-commerce lintas perbatasan telah dibangun antara Guangxi dan negara-negara ASEAN. Selain itu, sistem pelatihan bakat yang unik tentang ‘bahasa negara-negara ASEAN + e-commerce lintas perbatasan’ telah dikembangkan melalui kolaborasi sekolah-perusahaan.
Ennifer, seorang dosen bahasa Indonesia di Universitas Bahasa Asing Guangxi, menekankan perlunya pendidikan adaptif yang selaras dengan pertukaran ekonomi dan budaya yang terus berkembang antara China dan Indonesia. Seiring meningkatnya permintaan bakat yang serbabisa, keterampilan bahasa para mahasiswa hanyalah salah satu aspek; pengetahuan mereka dalam bidang hukum, manajemen, dan bidang lainnya juga sama pentingnya.
Kontes pidato bahasa Thailand bagi mahasiswa yang sedang digelar di universitas-universitas di Guangxi terus berinovasi dalam formatnya, dengan menggabungkan berbagai elemen, seperti penjualan secara livestreaming yang disimulasikan, pemaparan budaya, dan rekomendasi untuk produk-produk yang diproduksi secara lokal.
“Kami memilih produk-produk populer Thailand, seperti bantal lateks dan durian, untuk dipresentasikan secara live oleh mahasiswa, dan mahasiswa yang meraih penghargaan dapat menandatangani kontrak untuk bekerja dalam penjualan livestreaming,” kata Qin Xiuhong, dekan Institut Bahasa dan Budaya Asia Tenggara di Universitas Minzu Guangxi.
Sejak awal tahun ini, Guangxi mempercepat pembangunan zona percontohan komprehensif untuk e-commerce lintas perbatasan, yang meningkatkan sistem sirkulasi modern pintar dan efisien untuk membentuk ‘ekosistem’ bagi e-commerce lintas perbatasan. Pemerintah akan menyediakan platform bagi perusahaan-perusahaan, meningkatkan pelatihan bakat dalam ‘bahasa-bahasa minoritas ASEAN + e-commerce lintas perbatasan’, dan melakukan serangkaian kegiatan guna menarik lebih banyak bakat dan sumber daya, sehingga menjadikan e-commerce lintas perbatasan sebagai kekuatan vital dalam pengembangan perdagangan luar negeri.
*1 baht Thailand = 465 rupiah
**1 yuan = Rp2.206 rupiah
Laporan: Redaksi