Banner

Dubes: Kematian Mahsa Amini jadi dalih Barat campuri urusan dalam negeri Iran

Duta Besar Republik Islam Iran Mohammad Khoush Heikal Azad saat media briefing di Jakarta, Rabu (19/10/2022). (Indonesia Window)

Para pemimpin politik Amerika Serikat, rezim zionis Israel, dan sebagian Eropa bersama media arus utama, menyalahgunakan insiden tragis Mahsa Amini yang telah diselidiki oleh pihak berwenang Iran, dengan mendukung kerusuhan di dalam negeri Iran, termasuk dengan menggunakan robot-robot media sosial.

 

Jakarta (Indonesia Window) – Kematian Mahsa Amini – wanita berusia 22 tahun yang ditahan awal bulan ini di ibu kota, Teheran, oleh ‘polisi moralitas’ Iran karena diduga tidak mengikuti aturan berpakaian negara – telah dijadikan dalih oleh pihak Barat yang ingin mencampuri urusan dalam negeri Iran.

“Kerusuhan baru-baru ini di Iran dengan memanfaatkan dalih kematian Mahsa Amini digunakan oleh para musuh untuk mencampuri urusan dalam negeri Iran dan memicu lebih banyak kerusuhan,” kata Duta Besar Republik Islam Iran Mohammad Khoush Heikal Azad dalam media briefing di Jakarta pada Rabu malam (19/10).

Dubes mengatakan, dalam kerusuhan baru-baru ini, para pemimpin politik Amerika Serikat (AS), rezim zionis Israel, dan sebagian Eropa bersama media arus utama, menyalahgunakan insiden tragis yang telah diselidiki oleh pihak berwenang Iran tersebut, dengan mendukung kerusuhan di dalam negeri para mullah itu, termasuk dengan menggunakan robot-robot media sosial.

“Padahal, jutaan orang Iran muncul di jalan-jalan untuk mendukung negara mereka dan menentang kekacauan belakangan ini,” tegas Dubes Azad, seraya menyayangkan bahwa hal-hal semacam ini justru luput dari pemberitaan arus utama.

Banner

Dalam pernyataannya, Dubes Iran juga menyampaikan, “Berkaitan dengan perkembangan yang terjadi di Iran, kita harus bisa membedakan antara aksi damai dan demonstrasi dengan kerusuhan yang menciptakan ketidakamanan di negara.”

“Menurut undang-undang Republik Islam Iran, berbagai aksi damai dan penyampaian aspirasi melalui demonstrasi disahkan dan berbagai golongan masyarakat dapat menggunakan hak tersebut. Tetapi Republik Islam Iran sama dengan negara lain di dunia tidak dapat membiarkan kerusuhan dan kekacauan diciptakan oleh segelintir orang yang diprovokasi oleh Barat dan rezim Zionis Israel,” tegasnya.

“Pihak musuh berusaha menjadikan Iran seperti Suriah, Libya, Yaman, Irak dan Afghanistan agar terjun dalam perang, akan tetapi berkat kesiagaan dan kewaspadaan masyarakat negara kami, mereka gagal mencapai tujuan jahatnya,” imbuh Dubes.

Dubes Azad menekankan bahwa investigasi dan pendalaman secara mandiri berkaitan dengan kematian Mahsa Amini telah dilakukan oleh tim gabungan kepolisian forensik serta beberapa dokter senior dan ahli dari berbagai bidang.

Pada 7 Oktober 2022, Organisasi Kedokteran Forensik Iran menjelaskan penyebab kematian Amini dengan mengeluarkan sebuah pernyataan.

“Dalam keterangan disebutkan bahwa kematian tersebut bukan disebabkan oleh pukulan di kepala atau organ vital dan anggota tubuh melainkan almarhumah Mahsa Amini meninggal dunia akibat hipoksia serebral, gangguan irama jantung mendadak, penurunan tekanan darah dan kehilangan kesadaran, serta kekurangan oksigen ke otak,” terang Dubes Azad.

Banner

Amini meninggal di rumah sakit pada 16 September, tiga hari setelah koma yang didahului dengan stroke.

Menurut pemantau hak asasi manusia HRANA yang berbasis di AS, demonstrasi terkait kematian Mahsa Amini di Iran yang pecah sejak 17 September lalu hingga kini telah menewaskan setidaknya 233 pengunjuk rasa. Kelompok itu mengatakan, 32 di antara yang tewas berusia di bawah 18 tahun. Sebelumnya, Hak Asasi Manusia Iran yang berbasis di Oslo, Norwegia memperkirakan 201 orang telah tewas.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan