Banner

Dua spesies kecoak kuno ditemukan di gua Myanmar

Ilustrasi kecoa. (Photo by Jesper Aggergaard on Unsplash)

Jakarta (Indonesia Window) – Tim peneliti internasional telah mengidentifikasi dua spesies baru kecoak yang ditemukan di sebuah gua di Myanmar.

Dalam makalah mereka yang diterbitkan di jurnal Gondwana Research, kelompok itu menjelaskan analisa mereka tentang dua fosil yang terawetkan dalam resin pohon atau amber.

Kedua spesimen tersebut diberi nama Crenocticola svadba dan Mulleriblattina bowangi dan ditempatkan dalam keluarga Nocticolidae. Kedua fosil itu diperkirakan berasal dari sekitar 99 juta tahun yang lalu.

Kerangka waktu menempatkan mereka dalam periode Cretaceous, saat dinosaurus masih hidup.

Mereka ditemukan di antara endapan kuning yang telah dikeluarkan dari tambang di Lembah Hukawng, Myanmar.

Banner

Tambang dan ambernya telah menjadi subjek berbagai penelitian. Dalam upaya baru ini, para peneliti diberi 110 ton amber untuk dipelajari.

Para peneliti melaporkan bahwa spesimen kecoak merupakan satu-satunya yang selamat dari zaman dinosaurus yang diketahui dan bahwa mereka “dilestarikan dengan indah.”

Studi terhadap spesimen menggunakan fotografi mikroskop mengungkapkan bahwa spesies tersebut memiliki banyak fitur umum untuk kecoak moderen yang hidup di dalam gua. Misalnya, mereka memiliki mata kecil dan sayap kecil yang melekat pada tubuh yang kecil. Mereka juga memiliki antena panjang yang tidak normal dan duri kaki yang lebih pendek, morfologi yang membuat hidup di gua yang gelap lebih mudah.

Para peneliti tidak dapat menjelaskan bagaimana kecoak-kecoak itu bisa tertanam dalam resin pohon itu, mengingat mereka digali dari gua.

Para peneliti berpendapat ada kemungkinan bahwa akar pohon meluas ke dalam gua dan meneteskan resin yang menjebak kecoak dan melestarikannya selama jutaan tahun.

Menurut mereka, kecoak-kecoak itu mungkin memakan guano (kotoran) dinosaurus dengan cara yang sama seperti banyak kecoak moderen memakan kotoran yang ditinggalkan burung dan kelelawar.

Banner

Jika memang demikian, hal itu mungkin membantu kecoak bermigrasi di antara gua-gua.

Para peneliti mengatakan bahwa diperlukan penelitian lebih lanjut dan mendalam guna menentukan apakah dua spesies baru yang mereka temukan itu selamat dari kepunahan massal yang membunuh dinosaurus, dan jika demikian, apakah mereka memiliki kerabat moderen.

Sumber: phys.org

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan