Banner

Ekonom: Diversitas mata uang dalam perdagangan global beri manfaat bagi Global South

Foto yang diabadikan pada 20 Maret 2025 ini menunjukkan Kepala Ekonom Bank Central Asia David Sumual sedang menyampaikan pidato dalam ajang Global South Financiers Forum 2025 yang digelar di Beijing, China. (Xinhua)

Diversitas mata uang yang digunakan dalam perdagangan global merupakan sebuah kecenderungan nyata, dan negara-negara Global South, sebagai pengekspor komoditas utama, akan mendapatkan manfaat dari hal tersebut.

 

Beijing, China (Xinhua/Indonesia Window) – Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual menyatakan bahwa diversitas mata uang yang digunakan dalam perdagangan global merupakan sebuah kecenderungan nyata, dan negara-negara Global South, sebagai pengekspor komoditas utama, akan mendapatkan manfaat dari hal tersebut.

Pernyataan itu disampaikan David saat berpartisipasi dalam Global South Financiers Forum 2025 yang digelar di Beijing, China. Saat menerima wawancara dari Kantor Berita Xinhua, yang merupakan penyelenggara forum tersebut, David menyatakan bahwa mata uang yuan China kian berperan penting dalam arus modal perdagangan Indonesia dan China, dan andil yuan terus menanjak.

David menyatakan diversitas mata uang dan penggunaan mata uang lokal akan membantu negara-negara Global South, termasuk Indonesia, dalam meningkatkan ketangguhan ekonominya dan agar lebih tahan terhadap risiko ekonomi yang ditimbulkan oleh guncangan-guncangan eksternal.

Dari sudut pandang David, negara-negara Global South harus memperkuat kerja sama praktis keuangan, di mana pembangunan sistem pembayaran internasional patut disoroti.

Banner

Pada Februari tahun ini, bank sentral China dan Indonesia memperbarui perjanjian pertukaran mata uang yuan dan Rupiah dengan nilai mencapai 400 miliar yuan atau sekitar 878 triliun rupiah, yang dapat diperpanjang lagi atas kesepakatan kedua belah pihak.

Menurut David, perjanjian tersebut akan mendorong kerja sama perdagangan dan investasi kedua negara. “Kerja sama keuangan dengan China ini akan membantu pembangunan hilirisasi pertambangan dan pertanian, yang sedang didorong oleh pemerintah Indonesia,” ujar David. Dia menambahkan bahwa kerja sama dengan China membantu pembangunan infrustruktur di Indonesia.

Foto yang diabadikan pada 20 Maret 2025 ini menunjukkan sebuah konferensi meja bundar yang diadakan dalam Global South Financiers Forum 2025 di Beijing, China. (Xinhua)

David juga berpendapat bahwa negara-negara Global South menghadapi kebutuhan yang sangat besar dalam hal investasi di bidang infrustruktur baru, energi terbarukan, dan pertanian ramah lingkungan. Lingkungan investasi yang stabil dan berkepanjangan bagi negara-negara Global South juga diperlukan untuk meningkatkan kemampuan menghadapi sejumlah tantangan, seperti perubahan iklim, imbuh David.

“Kerja sama Global South tidak terbatas pada keuangan. Kerja sama juga perlu dilakukan di bidang teknologi, kesehatan, pendidikan dan sebagainya. China dapat menjadi lokomotif dalam kerja sama Global South dan memberi kontribusi,” ujar David.

Laporan: Redaksi

Banner

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan