Desa-desa terpencil sepanjang Jalur Kereta China-Laos, yang membentang lebih dari 1.000 kilometer, menghubungkan Kunming, ibu kota Provinsi Yunnan, dengan Vientiane, ibu kota Laos, kini menawarkan layanan wisata lokal dengan menikmati pengalaman eksotis.
Kunming, China (Xinhua) – Setelah melangkah keluar dari stasiun ‘Lembah Gajah Liar’ di Jalur Kereta China-Laos dan berinteraksi dengan mamalia besar tersebut, para wisatawan biasanya berjalan kaki ke Desa Manzhang yang jaraknya kurang dari 1 kilometer untuk menikmati pengalaman eksotis.
Desa yang terletak di Prefektur Otonom Etnis Dai Xishuangbanna di Provinsi Yunnan, China barat daya tersebut menarik para wisatawan dengan berbagai pengalaman yang melibatkan warisan budaya takbenda.
“Para pengunjung dapat menemukan sejumlah keterampilan budaya tradisional Dai seperti pembuatan tembikar menggunakan roda lambat (slow-wheel pottery), tulisan suci pada daun lontar, dan pembuatan brokat,” ungkap Yu Fahan, seorang penduduk desa setempat yang ayahnya merupakan seorang pewaris pembuatan tembikar roda lambat di Dai.
“Musim panas lalu, sekitar 20 orang datang ke rumah saya setiap hari untuk menjajal membuat tembikar. Namun, musim panas kali ini jumlah wisatawan semakin berlipat ganda, semua itu berkat pembukaan Jalur Kereta China-Laos,” tambahnya.
Desa tersebut sejauh ini telah membuka 13 restoran dan 24 penginapan untuk menawarkan akomodasi bagi para wisatawan yang terus bertambah.
Sama seperti Manzhang, sejumlah desa yang dulunya tidak dikenal di sepanjang jalur kereta itu secara bertahap menjadi destinasi wisata yang populer.
“Para penduduk desa merasakan peluang yang dibawa oleh jalur kereta tersebut, dan mengubah pekarangan mereka menjadi penginapan untuk menarik para wisatawan,” kata Ai Hanpeng, penduduk desa etnis Dai di Chengzi.
Desa yang berada di bawah wilayah Mengla tersebut memiliki adat istiadat yang kaya. Karena letaknya yang dekat dengan jalur kereta itu, desa tersebut secara aktif mengembangkan wisata pedesaan sehingga penduduk desa dapat menikmati keuntungan yang dibawa oleh Jalur Kereta China-Laos.
“Kami berencana menggelar berbagai festival rakyat guna menarik lebih banyak wisatawan untuk menginap di desa itu,” ujar Ai, mencatat bahwa jalur kereta tersebut merupakan fondasi pembangunan desa tersebut.
Desa Nakeli di Wilayah Otonom Etnis Hani dan Yi di Ning’er, Kota Pu’er, dulunya merupakan sebuah pemberhentian penting di Jalan Kuda Teh Kuno (Ancient Tea Horse Road). Sekarang ini, desa tersebut menjadi sebuah kota wisata yang populer di sepanjang Jalur Kereta China-Laos.
Zhang Honglei, kepala desa tersebut, mengatakan semakin banyak orang datang ke Nakeli untuk memulai bisnis, tinggal, dan bepergian setelah dibukanya Jalur Kereta China-Laos, seraya menambahkan bahwa jalur itu mengakhiri sejarah tidak adanya layanan kereta untuk Xishuangbanna dan Pu’er.
Pengembangan pariwisata tidak hanya membantu meningkatkan pendapatan penduduk desa namun juga memulihkan semangat hidup mereka, sebut Zhang.
Mulai beroperasi pada Desember 2021, Jalur Kereta China-Laos membentang lebih dari 1.000 kilometer, menghubungkan Kunming, ibu kota Provinsi Yunnan, dengan Vientiane, ibu kota Laos. Di sepanjang jalur kereta yang vital ini terdapat daerah-daerah dengan sumber daya pariwisata yang melimpah, sumber daya spesies yang kaya, dan konsentrasi besar warisan alam serta budaya.
“Kereta khusus antara pegunungan bersalju Lijiang (di barat laut Yunnan) dan hutan hujan Xishuangbanna (di selatan Yunnan) telah diresmikan guna mempromosikan integrasi serta pengembangan jalur kereta dan pariwisata,” seperti dikatakan Chen Pei, wakil manajer umum China Railway Kunming Bureau Group Co., Ltd.
Laporan: Redaksi