Banner

PBB apresiasi 7 inisiatif untuk majukan agenda restorasi ekosistem global

Orang-orang menanam pohon saat hari libur umum penanaman pohon nasional di Kaldera Menengai di Nakuru, Kenya, pada 13 November 2023. (Xinhua/Sheikh Maina)

Dekade Restorasi Ekosistem PBB bertujuan untuk merestorasi 1 miliar hektare lahan dan lautan yang terdegradasi secara global.

 

Nairobi, Kenya (Xinhua) – Tujuh inisiatif pionir di Afrika, Amerika Latin, Mediterania, dan Asia Tenggara dinobatkan sebagai Unggulan Restorasi Dunia (World Restoration Flagships/WRF) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) 2024 pada Selasa (13/2) karena telah membantu memulihkan kesehatan habitat yang terdegradasi.

Diumumkan menjelang sesi keenam Majelis Lingkungan Hidup Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEA-6) yang akan digelar pada 26 Februari hingga 1 Maret di Nairobi, ibu kota Kenya, ketujuh inisiatif tersebut merupakan bagian dari Dekade Restorasi Ekosistem PBB yang berupaya mencegah, menghentikan, dan memulihkan berkurangnya kehidupan di darat dan laut.

Program Lingkungan PBB (UN Environment Program/UNEP) dan Organisasi Pangan dan Pertanian (Food and Agriculture Organization/FAO) merupakan pihak penanggung jawab Dekade Restorasi Ekosistem PBB, yang bertujuan untuk merestorasi 1 miliar hektare lahan dan lautan yang terdegradasi secara global.

Sebuah pernyataan bersama dari UNEP dan FAO yang dirilis pada hari yang sama menyebutkan bahwa tujuh proyek utama tersebut diperkirakan dapat memulihkan hampir 40 juta hektare habitat yang terdegradasi dan menciptakan sekitar 500.000 lapangan kerja.

Dekade Restorasi Ekosistem PBB
Orang-orang menanam bibit bakau di tepi Samudra Hindia saat perayaan Hari Konservasi Ekosistem Bakau Internasional di Lunga Lunga, Kwale County, Kenya, pada 26 Juli 2023. (Xinhua/Joy Nabukewa)

Inger Andersen, direktur eksekutif UNEP, mengungkapkan bahwa pengakuan terhadap tujuh inisiatif itu menegaskan kembali bahwa pembangunan yang berdampak positif terhadap alam sangat penting untuk mewujudkan masa depan yang ramah lingkungan dan tangguh bagi umat manusia. “Inisiatif-inisiatif ini menunjukkan bagaimana kita dapat berdamai dengan alam, menempatkan komunitas lokal sebagai pusat upaya restorasi, dan tetap menciptakan lapangan kerja baru.”

“Seiring kita terus menghadapi tiga krisis planet, yaitu perubahan iklim, kerusakan alam dan keanekaragaman hayati, serta polusi dan limbah, inilah saatnya bagi kita untuk melipatgandakan dan mempercepat inisiatif restorasi,” tambah Andersen.

Tujuh inisiatif utama tersebut, yang telah merestorasi ekosistem yang terdampak negatif oleh kebakaran hutan, kekeringan, polusi, dan deforestasi, akan memenuhi syarat untuk mendapatkan dukungan teknis dan keuangan PBB.

Qu Dongyu, direktur jenderal FAO, melihat bahwa memulihkan ekosistem darat dan laut akan menjadi langkah besar menuju transformasi sistem pangan mengingat adanya tekanan iklim, tekanan populasi, dan kerusakan keanekaragaman hayati.

“Restorasi ekosistem adalah solusi jangka panjang dalam upaya untuk mengentaskan kemiskinan, kelaparan, dan kekurangan gizi seiring kita menghadapi pertumbuhan populasi dan peningkatan kebutuhan pangan serta barang dan jasa ekosistem,” ujar Qu.

Salah satu dari tujuh inisiatif unggulan tersebut adalah proyek Regreening Africa, yang berupaya untuk merestorasi 5 juta hektare lahan terdegradasi di benua itu per 2030 dan mentransformasi penghidupan masyarakat lokal.

Sejauh ini, penghijauan kembali terhadap lebih dari 350.000 hektare lahan di Ethiopia, Ghana, Kenya, Mali, Niger, Rwanda, Senegal, dan Somalia telah tercapai, menjangkau lebih dari 607.000 rumah tangga melalui pelatihan tentang penanaman pohon.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Banner

Iklan