Banner

Feature – Pengungsi Suriah di Lebanon hadapi kondisi kehidupan yang buruk di tengah ketegangan Hizbullah-Israel

Kepulan asap yang disebabkan oleh serangan Israel terlihat di Al-Najariah, Lebanon, pada 17 Mei 2024. (Xinhua/Ali Hashisho)

Daerah perbatasan Lebanon selatan telah menjadi medan pertempuran antara Hizbullah dan Israel, mengorbankan banyak warga sipil yang tidak bersalah.

 

Beirut, Lebanon (Xinhua/Indonesia Window) – “Kami menderita sejak kami melarikan diri dari perang di Suriah ke Lebanon selatan, di mana kami mencari keamanan dan keselamatan, tapi yang kami dapatkan hanya kemiskinan dan kematian,” kata Khodor Hamid, seorang pengungsi dari Provinsi Idlib, Suriah utara, yang mengungkapkan ketidakpuasannya atas kenyataan pahit yang dihadapi oleh orang-orang seperti dirinya yang tinggal di daerah perbatasan Lebanon selatan.

Sembari memperbaiki tendanya yang rusak akibat serangan Israel di Dataran Marjeyoun, Lebanon tenggara, Hamid bercerita kepada Xinhua bahwa dirinya sedang memanen tomat dan mentimun pada awal Agustus lalu ketika sebuah drone Israel meluncurkan rudal, melukai tiga anaknya dan menyebabkan kerusakan parah pada tendanya.

“Kami menjadi korban konfrontasi sengit antara Israel dan Hizbullah. Banyak dari kami yang tewas dan terluka, dan kami takut akan eskalasi lebih lanjut dari konfrontasi itu,” ujarnya.

Jamal Abdel Nour, yang terpaksa mengungsi dari Provinsi Aleppo di Suriah utara ke Desa Wazzani di Lebanon, mengatakan kepada Xinhua bahwa dia tidak dapat mengungsi ke daerah yang lebih aman dikarenakan kemiskinan, kurangnya bantuan dari para donatur, serta tidak adanya pusat-pusat penampungan bagi warga Suriah yang telantar.

Banner

“Kami tidak tahu ke mana harus melarikan diri dari neraka ini,” katanya, seraya menambahkan bahwa daerah-daerah di desa terdekat menolak untuk menerima pengungsi baru Suriah, dan kamp-kamp pengungsian sudah terlalu penuh dan tidak dapat menampung pengungsi tambahan.

“Biarpun kami berhasil pindah ke tempat lain, kami akan tetap menganggur, tidak dapat mencari nafkah untuk keluarga kami,” ujarnya, seraya menyatakan kekhawatirannya bahwa eskalasi ketegangan regional akan membuat nasibnya dan sesama pengungsi Suriah semakin tidak menentu.

Para pengungsi Suriah bersiap untuk meninggalkan Lebanon menuju rumah mereka di Suriah, di Baalbek, Lebanon, pada 14 Mei 2024. (Xinhua/Taher Abu Hamdan)

Menurut sumber-sumber medis dan keamanan Lebanon, sebanyak 19 pengungsi Suriah di daerah perbatasan di Lebanon selatan, termasuk delapan anak-anak dan seorang wanita, telah tewas dan 32 lainnya terluka akibat serangan artileri dan rudal drone Israel.

Wael Ghanem, yang mengungsi dari Aleppo ke Naqoura di Lebanon barat daya, menceritakan kepada Xinhua bagaimana empat anggota keluarga Hajji tewas di Desa Chamaa, Lebanon barat daya.

“Ketika ibu dari keluarga Hajji dan anak-anaknya kembali dari bekerja di salah satu ladang, mereka semua duduk bersama untuk makan malam, dan tiba-tiba sebuah rudal jatuh menghantam mereka, mengubah rumah kontrakan mereka menjadi puing-puing dan abu, sementara sang ibu dan anak-anaknya tewas dalam kondisi yang mengenaskan,” ujar Ghanem.

Statistik kota dan data dari Kantor Badan Pengungsi PBB (United Nations High Commissioner for Refugees/UNHCR) menunjukkan bahwa saat ini ada sekitar 90.000 warga Suriah yang mengungsi di Lebanon selatan.

Banner
Seorang anak laki-laki Suriah memandang keluar dari tenda di sebuah kamp untuk pengungsi Suriah di Kota Ketermaya, Lebanon, pada 15 Juli 2023. (Xinhua/Ali Hashisho)

UNHCR dan mitra-mitranya telah menyiapkan barang-barang bantuan darurat bagi para pengungsi, termasuk warga Lebanon dan warga negara lain, jika terjadi eskalasi pertempuran, menurut seorang sumber anonim di lembaga PBB itu kepada Xinhua. Dia menambahkan bahwa lembaga tersebut juga telah menyediakan air, tempat penampungan, dan bantuan uang tunai bagi warga Lebanon dan pengungsi, yang sebagian besar merupakan warga Suriah.

“Perseteruan yang terjadi saat ini di Lebanon selatan dan kemungkinan eskalasi lebih lanjut, di samping situasi sosial dan ekonomi saat ini, menciptakan tantangan bagi semua kelompok, yang semuanya berhak mendapatkan keamanan dan martabat,” ujar sumber itu.

Namun, seorang pengungsi Suriah lainnya, Ziad Ouaini, mengatakan kepada Xinhua bahwa tidak ada keluarga yang telah menerima bantuan keuangan yang dialokasikan oleh PBB untuk 10.000 pengungsi Suriah di Lebanon selatan.

“Kami mencoba menghubungi kantor PBB untuk menanyakan hal ini, namun kami belum mendapatkan jawaban,” ujarnya.

Laporan: Redaksi

Banner

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan