Jakarta (Indonesia Window) – Pada bulan April pemerintah memprioritaskan vaksinasi melawan virus corona berdasarkan tingkat risiko terpapar, menyusul berkurangnya pasokan dari para produsen vaksin bagi Indonesia.
Lonjakan kasus COVID-19 gelombang ketiga (third wave) yang terjadi di beberapa negara di Eropa, Asia, dan Amerika mengakibatkan embargo dari negara produsen vaksin karena menggunakan vaksin mereka di dalam negeri masing-masing.
“Akibatnya, hal ini memengaruhi ratusan negara di dunia, termasuk Indonesia. Sehingga jumlah vaksin yang awalnya tersedia untuk bulan Maret dan April, masing-masing 15 juta dosis atau totalnya dua bulan adalah 30 juta dosis (vaksin), kita hanya bisa dapat 20 juta dosis (vaksin) atau dua pertiganya,” jelas Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin saat memberikan keterangan pers usai mengikuti rapat yang dipimpin oleh Presiden RI Joko Widodo di Kantor Presiden Jakarta, Senin.
Data Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa masyarakat lanjut usia berumur 60 tahuh ke atas memiliki risiko yang tinggi jika terpapar COVID-19, sehingga kelompok ini akan menjadi salah satu prioritas untuk mendapatkan vaksinasi.
“Kita arahkan agar disuntikkan terutama untuk para lansia dulu. Kalau ada sisanya, kita suntikkan ke guru, karena memang rencananya semua guru akan divaksinasi sampai Juni, supaya Juli kita mulai buka (pembelajaran tatap muka terbatas),” kata menkes.
Budi Gunadi mengatakan pemerintah terus melakukan negosiasi dengan para produsen agar pasokan vaksin dapat kembali berjalan dengan normal.
“Kita sedang negosiasi dengan produsen-produsen vaksin dan negara-negara produsen vaksin, mudah-mudahan di bulan Mei bisa kembali normal sehingga kita bisa melakukan vaksinasi dengan rate seperti sebelumnya yang terus meningkat,” ujarnya.
Laporan: Redaksi