Jakarta (Indonesia Window) – Lebih dari 20.000 relawan telah mendaftar di Pusat Komando Epidemi (CECC) pada Rabu pagi untuk berpartisipasi dalam uji klinis vaksin COVID-19 yang dikembangkan oleh perusahaan Taiwan, menurut CECC.
CECC meluncurkan platform perekrutan relawan pada 11 November guna mengumpulkan setidaknya 20.000 relawan untuk uji coba vaksin terpisah yang dikembangkan oleh tiga perusahaan lokal, yakni Adimmune Corp., United Biomedical, dan Medigen Vaccine Biologics Corp., menurut Kantor Berita Taiwan (CNA).
Meskipun platform itu memenuhi target hanya dalam satu pekan, kampanye perekrutan akan berlanjut sesuai jadwal hingga akhir bulan ini untuk merekrut sebanyak mungkin relawan.
Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Taiwan, Chen Shih-chung, mengatakan pekan lalu bahwa ketiga perusahaan tersebut diharapkan menyelesaikan uji coba tahap pertama calon vaksin dengan segera, dan mereka perlu mendapatkan relawan yang lebih besar lagi saat memasuki uji coba tahap kedua.
Di bawah pedoman yang ditetapkan oleh Administrasi Makanan dan Obat-obatan (Food and Drug Administration/FDA) Taiwan, uji coba tahap II untuk vaksin COVID-19 harus memiliki setidaknya 3.000 peserta.
Ketiga pengembang vaksin itu berencana untuk merekrut tidak kurang dari 3.500 relawan, masing-masing untuk uji coba tahap II. Namun, karena khawatir tidak dapat mencapai target, CECC menyiapkan platform untuk membantu mengumpulkan para peserta.
Situs jejaring perekrutan (hanya tersedia dalam bahasa China), yang meminta relawan untuk memberikan informasi kontak mereka, secara acak mendistribusikan peserta ke satu dari tiga pengembang vaksin.
Relawan harus berusia minimal 20 tahun, atau antara 12-19 dengan izin wali resmi, dan tidak boleh memiliki penyakit kronis atau sistem kekebalan yang lemah atau baru saja menjalani operasi, atau sedang hamil atau menyusui.
Menurut FDA, warga negara asing yang memiliki kartu asuransi kesehatan nasional juga memenuhi syarat untuk menjadi relawan, namun memperingatkan bahwa proses penyaringan sebenarnya akan dilakukan oleh ketiga pengembang vaksin itu sendiri.
CECC mengatakan peserta uji coba akan menerima subsidi makanan dan transportasi, tetapi tidak mengkonfirmasi berapa banyak.
Jika seseorang dalam salah satu uji coba mengalami reaksi yang membahayakan, pemerintah akan tanpa syarat bertanggung jawab atas pengobatan dan kompensasi mereka, kata CECC.
Laporan: Redaksi