Banner

Lebih dari 570 orang tewas akibat wabah mpox di RD Kongo

Seorang anak yang terinfeksi mpox mendapatkan perawatan di sebuah rumah sakit yang berada di area Nyiragongo di dekat Goma, Provinsi Kivu Utara, Republik Demokratik (RD) Kongo timur, pada 15 Agustus 2024. (Xinhua/Zanem Nety Zaidi)

Wabah mpox yang merebak saat ini, yang menyebar dari RD Kongo, diperparah oleh munculnya varian virus baru yang lebih mematikan, yakni Clade 1b, yang diperkirakan memiliki tingkat mortalitas 3,6 persen, jauh lebih tinggi dibandingkan galur-galur sebelumnya.

 

Kinshasa, RD Kongo (Xinhua/Indonesia Window) – Wabah mpox yang sedang melanda dinyatakan sebagai “kedaruratan benua,” menurut Menteri Kesehatan Republik Demokratik (RD) Kongo Roger Kamba pada Senin (19/8).

“Mengenai situasi di RD Kongo, data terbaru menunjukkan bahwa sekitar 16.700 kasus telah dilaporkan, yang merupakan data terbaru, dengan lebih dari 570 orang tewas. Virus ini juga menunjukkan karakteristik baru, seiring semakin banyak kaum muda yang tertular. Banyak anak di bawah usia 15 tahun turut terinfeksi,” sebutnya.

Pada Desember 2022, RD Kongo mengumumkan wabah mpox nasional, yang mendorong pembentukan sistem penanggulangan insiden sejak Februari 2023 berdasarkan peningkatan jumlah kasus yang dilaporkan.

Mpox menyerang 17 negara Afrika dan beberapa negara lain di luar benua tersebut, kata Kamba.

Banner

“Namun, saya ingatkan bahwa vaksin hanyalah bagian dari respons, garis pertahanan pertama adalah kepatuhan terhadap tindakan pencegahan,” tuturnya, seraya mengungkapkan bahwa negara itu akan menerima satu batch vaksin mpox pekan depan.

Kamba juga menyebutkan bahwa intervensi pemerintah RD Kongo telah membantu mencegah penyebaran dengan skala yang lebih besar di negara itu.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Rabu (14/8) pekan lalu menyatakan mpox sebagai Darurat Kesehatan Masyarakat yang Menjadi Perhatian Internasional (Public Health Emergency of International Concern/PHEIC), meningkatkan kewaspadaan terkait potensi peningkatan penularan global, menyusul pengumuman awal pada 23 Juli 2022.

Deklarasi WHO itu disampaikan usai Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention/CDC) Afrika memperkirakan bahwa wabah mpox yang sedang melanda ini merupakan darurat kesehatan masyarakat bagi benua tersebut.

Menurut badan kesehatan Uni Afrika itu, jumlah kasus mpox baru yang dilaporkan pada 2024 meningkat 160 persen dibanding periode yang sama pada 2023.

Menurut WHO, wabah mpox yang merebak saat ini, yang menyebar dari RD Kongo, diperparah oleh munculnya varian virus baru yang lebih mematikan, yakni Clade 1b, yang diperkirakan memiliki tingkat mortalitas 3,6 persen, jauh lebih tinggi dibandingkan galur-galur sebelumnya.

Banner

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan