Jakarta (Indonesia Window) – Deteksi dini varian baru COVID-19 Omicron (B.1.1.529) di Tanah Air dilakukan dengan metode S-gene target failure (SGTF), kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin.
Salah satu mutasi Omicron terdapat di S spike (mahkota virus), dan ini bisa diidentifikasi oleh PCR, kata menkes saat menjadi pembicara dalam Ganesha Policy Podcast Ep.1: BGS, Kapan COVID-19 Berakhir? yang diikuti dari YouTube Ikatan Alumni ITB di Jakarta, Rabu.
“Ada metode namanya SGTF. Jika menggunakan reagen PCR, virus tidak terdeteksi atau istilahnya target failure, tapi gene yang lainnya positif, dan ini kemungkinan besar Omicron,” jelas Budi.
Menurut dia, Kemenkes telah mengaktifkan 12 laboratorium tes PCR di setiap perbatasan negara, baik darat, laut maupun udara, guna memeriksa sampel virus dari pelancong yang terkonfirmasi positif COVID-19.
Budi mengatakan metode yang digunakan petugas laboratorium dalam meneliti genome sequencing atau pengurutan genom dari varian Omicron difokuskan pada SGTF.
Metode yang sama, imbuhnya, juga diterapkan di 1.800 laboratorium Kementerian Kesehatan.
Budi menyarankan agar pengurutan genom tidak dilakukan secara menyeluruh atau whole genome sequencing (WGS) sebab bisa memperpanjang proses penyelesaian.
“WGS panjang, dengan 30.000 basa atau virus gene yang harus diurutkan. Yang diambil mahkota virusnya saja, sehingga bisa turun dari 30.000 ke 3.000 atau 5.000 sekuens dari basanya sehingga prosesnya bisa lebih cepat,” terangnya.
Upaya mempercepat proses penelitian genome sequencing juga dilakukan Kemenkes dengan menambah 11 unit mesin yang ditempatkan di laboratorium di luar Pulau Jawa.
Saat ini ada 12 mesin yang dioperasikan di Pulau Jawa dan Provinsi Sulawesi Selatan. Peralatan serupa akan ditempatkan Sumatera Utara, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Papua dan Maluku, katanya.
Budi optimistis penambahan mesin tersebut bisa memangkas waktu penyelesaian pengurutan genom di Indonesia, dari dua pekan menjadi lima hingga tiga hari.
Laporan: Redaksi