Banner

COVID-19 – 73 negara kehabisan antiretroviral AIDS

Ilustrasi. Sebanyak 73 negara menyatakan berisiko kehabisan obat antiretroviral (ARV) untuk perawatan AIDS akibat pandemik COVID-19. (Photo by Christina Victoria Craft on Unsplash)

Jakarta (Indonesia Window) – Sebanyak 73 negara menyatakan berisiko kehabisan obat antiretroviral (ARV) untuk perawatan AIDS akibat pandemik COVID-19, menurut sebuah survei yang baru-baru ini dilakukan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebelum konferensi dua tahunan International AIDS Society.

Dua puluh empat negara melaporkan memiliki persediaan ARV yang sangat rendah atau kesulitan mendapatkan pasokan obat tersebut, demikian laporan WHO yang dikutip di Jakarta, Rabu.

Survei oleh WHO dan Program Bersama PBB Tentang HIV/AIDS (UNAIDS) pada bulan Mei tersebut memperkirakan bahwa kurangnya akses terhadap ARV selama enam bulan dapat menyebabkan kematian terkait AIDS di Afrika sub-Sahara menjadi dua kali lipat pada tahun 2020.

Pada 2019, sekitar 8,3 juta orang mendapat manfaat dari ARV di 24 negara yang sekarang mengalami kekurangan pasokan obat tersebut.

Jumlah itu mewakili sekitar sepertiga (33 persen) dari penderita AIDS di seluruh dunia yang mengonsumsi ARV.

Walaupun belum ada obat untuk HIV, ARV dapat mengendalikan virus ini dan mencegah penularan seksual selanjutnya ke orang lain.

Pandemik COVID-19 yang dimulai pada akhir 2019 menyebabkan terhambatnya jalur transportasi darat dan udara dan terbatasnya akses untuk mendapatkan layanan kesehatan. Akibatnya, pasokan ARV ke sejumlah negara terganggu.

“Temuan survei ini sangat memprihatinkan,” kata Direktur Jenderal WHO Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus.

“Negara-negara dan mitra pembangunan harus melakukan semua yang bisa mereka lakukan untuk memastikan bahwa orang yang membutuhkan pengobatan HIV dapat terus mengaksesnya,” ujarnya.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Banner

Iklan