Jakarta (Indonesia Window) – Uji coba tahap ketiga untuk pertama kali dari vaksin COVID-19 tidak aktif di Uni Emirat Arab (UEA) melibatkan 31.000 relawan dari lebih dari 120 negara yang dikumpulkan hanya dalam enam pekan, menjadikan kegiatan ini yang terbesar di dunia.
Uji coba vaksin yang diberi nama 4Humanity itu menguji vaksin tidak aktif yang dikembangkan oleh Sinopharm CNBG, produsen vaksin dari China, menurut laporan Kantor Berita UEA (WAM) yang dikutip di Jakarta, Kamis.
Uji coba tersebut dikelola oleh G42 Healthcare yang berbasis di Abu Dhabi dalam kemitraan dengan Departemen Kesehatan Abu Dhabi, Kementerian Kesehatan dan Pencegahan UEA, dan Perusahaan Layanan Kesehatan Abu Dhabi.
Dalam uji tersebut, ribuan relawan telah menerima suntikan kedua vaksin dan akan terus menjalani pemantauan rutin dan pemeriksaan kesehatan.
Departemen Kesehatan, Abu Dhabi telah mengkonfirmasi bahwa jumlah relawan yang diperlukan untuk menyelesaikan uji klinis vaksin telah cukup, sehingga tidak ada pendaftaran baru mulai Ahad (30/8).
Menteri Kesehatan dan Pencegahan UEA, Abdul Rahman bin Mohammed Al Owais, mengatakan sejak awal kepemimpinan UEA benar-benar berkomitmen untuk mengatasi pandemic COVID-19 melalui upaya kolaboratif global.
“Semangat warga dan penduduk serta kesediaan mereka untuk menjadi relawan merupakan dukungan yang kuat dari pendekatan proaktif yang telah diambil UEA dalam program uji coba vaksin tidak aktif yang terkemuka di dunia,” ujarnya.
Sebelumnya, kedua vaksin yang tidak aktif berhasil melewati uji coba tahap pertama dan kedua tanpa menyebabkan efek samping apa pun pada 100 persen relawan yang menghasilkan antibodi.
Ukuran dan skala uji coba vaksin di UEA akan menempatkan kegiatan ini setara dengan jumlah peserta uji yang diakui secara global untuk program semacam ini yang biasanya melibatkan sekitar 45.000 orang atau lebih.
Uji coba ini merupakan bagian dari serangkaian inisiatif nasional untuk meningkatkan kesehatan masyarakat serta meningkatkan kemampuan penelitian dan pengembangan medis UEA, termasuk kapasitas lokal untuk memproduksi vaksin.
Laporan: Redaksi