Banner

COVID-19 – Indonesia capai lebih 10 juta suntikan vaksinasi

Seorang warga menerima suntikan vaksin COVID-19 di lantatur (layanan tanpa turun). (Sekretariat Kabinet RI)

Jakarta (Indonesia Window) – Indonesia telah mencapai lebih dari 10 juta suntikan pertama dan kedua vaksinasi COVID-19 hingga Jumat (26/3), menurut Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin.

“Saat ini, laju vaksinasi kita telah mencapai 500.000 suntikan per hari dan kita sudah tembus 10 juta penyuntikan Jumat lalu. Dengan capaian ini, Indonesia masuk dalam posisi empat besar negara di dunia yang bukan produsen vaksin, tapi tertinggi dalam melakukan penyuntikan,” ujarnya.

Banner

Menkes menambahkan Indonesia hanya berada di bawah Jerman, Turki, dan Brazil dan berhasil melampaui Israel dan Prancis. “Ini sebuah kabar gembira,” ujar menkes.

Lebih lanjut, Budi Sadikin mengatakan, vaksin COVID-19 sudah menjadi isu geopolitik di seluruh dunia, dengan negara-negara saling berebut untuk mendapatkannya. Oleh sebab itu, vaksin yang tersedia adalah vaksin yang terbaik untuk digunakan.

Pemerintah harus mengombinasikan berbagai macam merek vaksin COVID-19 dalam rangka memenuhi kebutuhan vaksin untuk seluruh populasi sasaran. Tidak ada satu pun produsen vaksin di dunia yang dapat memenuhi seluruh permintaan negara-negara besar seperti Indonesia.

Banner

“Indonesia beruntung karena sudah menjalin kerja sama dengan empat produsen vaksin, yaitu Sinovac, AstraZeneca, Novavax, dan Pfizer. Ketersediaan vaksin menjadi sangat penting dalam menjaga kelancaran program vaksinasi pemerintah,” ujarnya.

Menkes menambahkan bahwa saat ini sejumlah negara di Eropa dan Asia kembali mengalami lonjakan kasus COVID-19 karena varian virus baru, yang juga sudah masuk ke Indonesia sejak awal tahun ini.

“Terkait lonjakan kasus COVID-19 di beberapa negara, saya ingin sampaikan bahwa meski kita sudah mengalami percepatan dalam vaksinasi, kita perlu berhati-hati dalam mengatur laju penyuntikan karena ada potensi embargo dari negara produsen vaksin yang mengalami lonjakan kasus di negaranya. Kita perlu mengatur ritme vaksinasi agar tidak ada kekosongan vaksin nantinya,” tuturnya.

Banner

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan