Jakarta (Indonesia Window) – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa tujuh dari sembilan negara memiliki angka kematian anak yang tinggi, dengan lebih dari 50 kematian per 1.000 kelahiran hidup di antara balita pada tahun 2019.
Di Afghanistan, 1 dari 17 anak meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun pada tahun 2019, sebut pernyataan WHO yang diterima di Jakarta, Rabu, mengutip laporan Kementerian Kesehatan yang melaporkan penurunan yang signifikan.
Namun, kekhawatiran tertular COVID-19 membuat banyak keluarga di Afganistan tidak memprioritaskan perawatan sebelum dan sesudah melahirkan, sehingga menambah risiko yang dihadapi ibu hamil dan bayi yang baru lahir.
Bahkan sebelum COVID-19, bayi baru lahir memiliki risiko kematian tertinggi.
Pada 2019, bayi yang baru lahir meninggal setiap 13 detik. Selain itu, 47 persen dari semua kematian balita terjadi pada periode neonatal (baru lahir), naik dari 40 persen pada tahun 1990.
Dengan terganggunya layanan kesehatan selama pandemik, bayi yang baru lahir memiliki risiko kematian yang jauh lebih tinggi.
Misalnya, di Kamerun, di mana 1 dari setiap 38 bayi baru lahir meninggal pada tahun 2019, survei UNICEF (Dana Anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa) melaporkan sekitar 75 persen gangguan dalam layanan perawatan bayi baru lahir yang esensial, pemeriksaan antenatal (sebelum kelahiran), perawatan kebidanan, dan perawatan pasca melahirkan.
Pada bulan Mei, pemodelan awal oleh Universitas Johns Hopkins menunjukkan bahwa hampir 6.000 anak bisa meninggal setiap hari karena gangguan layanan kesehatan akibat COVID-19.
Laporan dan survei ini menyoroti perlunya tindakan segera untuk memulihkan dan meningkatkan layanan persalinan dan perawatan antenatal dan postnatal (pasca kelahiran) bagi ibu dan bayi, termasuk memiliki petugas kesehatan yang terampil untuk merawat mereka saat lahir.
Bekerja dengan orang tua untuk meredakan ketakutan mereka dan meyakinkan mereka juga penting.
“Sangat penting untuk melindungi layanan penyelamatan jiwa yang telah menjadi kunci untuk mengurangi kematian anak. Kami akan terus bekerja dengan pemerintah dan mitra dalam memperkuat sistem perawatan kesehatan guna memastikan ibu dan anak mendapatkan layanan yang mereka butuhkan,” kata Muhammad Ali Pate, Direktur Global untuk Kesehatan, Gizi dan Kependudukan di Bank Dunia.
Laporan: Redaksi