Jakarta (Indonesia Window) – Administrasi Makanan dan Obat Thailand (FDA) telah menyetujui penggunaan darurat vaksin COVID-19 yang dikembangkan oleh AstraZeneca Plc dan Universitas Oxford, dengan 50.000 dosis pertama diharapkan tiba pada bulan Februari.
Menurut Bangkok Post, Sekretaris Jenderal FDA, Paisarn Dunkum, pada Rabu (20/1) mengatakan FDA menyetujui pendaftaran vaksin yang diproduksi di Italia oleh AstraZeneca Co. Izin impor dan registrasi vaksin ini akan berlaku selama satu tahun.
AstraZeneca adalah pengembang vaksin COVID-19 pertama yang mendapatkan persetujuan di Thailand. Sebelumnya, FDA mengonfirmasi telah menerima permintaan pendaftaran vaksin dari AstraZeneca dan Sinovac Biotech Ltd. dari China.
Sementara itu, Wakil Perdana Menteri, Anutin Charnvirakul, mengatakan Thailand mengharapkan batch pertama vaksin COVID-19 dikembangkan oleh AstraZeneca tiba pada pekan pertama Februari.
Anutin, yang juga Menteri Kesehatan Masyarakat, mengatakan 50.000 dosis gelombang pertama merupakan bagian dari 26 juta dosis yang dijamin pemerintah dengan harga 5 dolar AS (sekira 70.450 rupiah) per dosis.
“Negosiasi sedang berlangsung untuk mengamankan lebih banyak pasokan karena kerajaan menargetkan untuk memvaksinasi 50 persen dari populasi pada akhir tahun,” katanya.
Anutin mengatakan dia mengajukan diri menjadi orang pertama di Thailand yang menerima vaksinasi COVID-19.
Thailand juga telah memesan 61 juta dosis vaksin Oxford-AstraZeneca dan dua juta dosis lagi dari Sinovac Biotech.
Thailand menandatangani perjanjian dengan perusahaan farmasi multinasional, AstraZeneca pada November tahun lalu untuk mengamankan 26 juta dosis vaksin COVID-19 yang akan diproduksi secara lokal melalui perusahaan biofarmasi Thailand, Siam Bioscience.
Laporan: Redaksi