Kedubes China dan KH. Nasaruddin Umar resmikan China Space di Masjid Istiqlal

Kuasa Usaha Kedutaan Besar China untuk Indonesia Zhou Kan dan Imam Besar Masjid Istiqlal Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar meresmikan China Space di Masjid Istiqlal, Jakarta, pada 5 September 2024. (Xinhua)

China Space di Perpustakaan Masjid Istiqlal diharapkan menjadi ruang yang inklusif dan terbuka sehingga dapat memberikan kontribusi yang lebih besar bagi pertukaran dan kerja sama budaya, agama, serta pendidikan antara Indonesia dan China.

 

Jakarta (Xinhua/Indonesia Window) – Kedutaan Besar (Kedubes) China untuk Indonesia meresmikan China Space di Perpustakaan Masjid Istiqlal di Jakarta pada Kamis (5/9). Fasilitas ini diklaim sebagai China Space pertama di dunia yang berlokasi di dalam kawasan masjid.

China Space di Masjid Istiqlal tersebut nantinya akan diisi dengan beragam kegiatan seperti pelatihan bahasa Mandarin, tempat membaca buku bagi para pengunjung, dan kegiatan bermanfaat lainnya.

Fasilitas baru ini diresmikan langsung oleh Imam Besar Masjid Istiqlal Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar dan Kuasa Usaha Kedubes China untuk Indonesia Zhou Kan, bersamaan dengan dimulainya program pelatihan bahasa Mandarin gelombang kedua.

Nasaruddin Umar mengaku bangga karena fasilitas ini merupakan satu-satunya di dunia yang berlokasi di dalam kawasan masjid dan diharapkan menjadi sebuah wadah baru bagi masyarakat Indonesia untuk lebih memahami budaya dan muslim Tionghoa.

“Kami sangat bahagia atas progres yang dicapai di China Space dan berharap akan ada banyak agenda kolaborasi yang dilakukan di Istiqlal,” ujar Nasaruddin Umar dikutip dari keterangan resminya.

Umat Muslim menunggu waktu berbuka puasa pada bulan suci Ramadhan di Masjid Istiqlal di Jakarta pada 18 Maret 2024. Luas area Masjid Istiqlal mencapai 98.247 meter persegi dengan luas bangunan 24.200 meter persegi. Masjid terbesar di Asia Tenggara ini dapat menampung hingga 200.000 jamaah. (Xinhua/Zulkarnain)

Sementara itu, Zhou Kan mengatakan bahwa China Space diharapkan menjadi ruang yang inklusif dan terbuka sehingga dapat memberikan kontribusi yang lebih besar bagi pertukaran dan kerja sama budaya, agama, serta pendidikan kedua negara.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan