Banner

WHO sebut lebih dari 22.500 orang di Gaza derita luka yang ubah hidup mereka

Seorang pria menggendong jenazah korban yang tewas akibat serangan udara Israel di sekolah Salah al-Din di Gaza City pada 21 Agustus 2024. Sedikitnya lima warga Palestina tewas dan banyak lainnya luka-luka akibat serangan udara Israel ke sekolah Salah al-Din di Gaza City, ungkap sejumlah sumber medis setempat pada Rabu (21/8). (Xinhua/Mahmoud Zaki)

Cedera pada anggota tubuh diperkirakan memengaruhi antara 13.455 dan 17.550 individu, dengan sekitar 4.000 amputasi, dan peningkatan tajam dalam kasus cedera tulang belakang, cedera otak traumatis, dan luka bakar parah, yang banyak di antaranya menimpa wanita dan anak-anak.

 

Jenewa, Swiss (Xinhua/Indonesia Window) – Sedikitnya 22.500 orang, atau seperempat dari jumlah warga yang terluka dalam konflik Gaza per 23 Juli 2024, menderita luka-luka yang mengubah hidup mereka dan membutuhkan rehabilitasi jangka panjang, lapor Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) pada Kamis (12/9).

Laporan itu menggarisbawahi beban yang sangat berat pada sistem perawatan kesehatan Gaza yang telah lumpuh, sembari menyebut bahwa cedera anggota tubuh yang parah merupakan penyebab utama perlunya rehabilitasi. Cedera pada anggota tubuh diperkirakan memengaruhi antara 13.455 dan 17.550 individu.

Luka-luka tersebut diperparah dengan sekitar 4.000 amputasi, dan peningkatan tajam dalam kasus cedera tulang belakang, cedera otak traumatis, dan luka bakar parah, yang banyak di antaranya menimpa wanita dan anak-anak.

Seorang pasien anak menjalani perawatan di Rumah Sakit Nasser di Kota Khan Younis, Jalur Gaza selatan, pada 19 Agustus 2024. (Xinhua/Rizek Abdeljawad)

Richard Peeperkorn, perwakilan WHO di wilayah Palestina yang diduduki, memperingatkan bahwa infrastruktur kesehatan Gaza tidak dapat memenuhi permintaan yang terus meningkat.

Banner

“Lonjakan besar pada kebutuhan rehabilitasi terjadi secara paralel dengan menurunnya sistem kesehatan yang sedang berlangsung,” tuturnya, sembari menekankan parahnya kekurangan pada layanan rehabilitasi akut dan perawatan khusus untuk cedera yang kompleks.

Seiring dengan berlanjutnya konflik, memastikan akses terhadap perawatan kesehatan esensial termasuk layanan rehabilitasi, tetap menjadi hal yang krusial untuk mencegah penyakit dan kematian lebih lanjut, kata badan kesehatan yang berbasis di Jenewa tersebut.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan