Banner

Studi: Mengatur porsi makan signifikan dalam penurunan berat badan

Seorang staf menyajikan makanan untuk warga lanjut usia (lansia) di sebuah kantin komunitas di Distrik Luyang, Hefei, ibu kota Provinsi Anhui, China timur, pada 29 September 2022. (Xinhua/Ma Shurui)

Cara menurunkan berat badan yang terbukti efektif adalah dengan mengatur ukuran porsi makan, dengan jumlah makanan dalam ukuran besar dan sedang berhubungan positif dengan perubahan berat badan, sementara jumlah makanan kecil yang lebih banyak dikaitkan dengan perubahan berat badan yang lebih sedikit.

 

Jakarta (Indonesia Window) – Temuan yang diterbitkan dalam The Journal of American Heart Association baru-baru ini menunjukkan bahwa mengatur ukuran porsi makan berperan lebih besar dalam penurunan berat badan daripada mengatur waktu makan, seperti dengan menjalankan puasa intermiten.

Puasa intermiten (diet puasa) mungkin tidak efektif untuk menurunkan berat badan seperti yang diperkirakan sebelumnya, menurut sebuah studi baru oleh para ilmuwan di Universitas Johns Hopkins.

Puasa intermiten adalah pola diet di mana individu bergantian antara periode puasa dan makan.

Studi tersebut menganalisis catatan kesehatan elektronik dari hampir 550 orang dewasa selama enam tahun dan menemukan bahwa waktu makan tidak berdampak pada perubahan berat badan.

“Meskipun penelitian eksperimental menunjukkan bahwa makan dengan batasan waktu dapat meningkatkan ritme sirkadian dan berperan dalam pengaturan metabolisme, penelitian kami tidak mendeteksi hubungan dalam populasi dengan kisaran berat badan yang luas,” jelas penulis senior studi tersebut, Dr. Wendy Bennett.

Studi tersebut menemukan bahwa jumlah makanan dalam ukuran besar dan sedang berhubungan positif dengan perubahan berat badan, sementara jumlah makanan kecil yang lebih banyak dikaitkan dengan perubahan berat badan yang lebih sedikit.

The American Heart Association mencatat bahwa empat dari sepuluh orang dewasa di Amerika Serikat (AS) yang mengalami obesitas disarankankan untuk mengurangi asupan kalori secara keseluruhan, mengonsumsi makanan sehat, dan meningkatkan aktivitas fisik guna mengurangi risiko penyakit kardiovaskular.

Tidak ada preferensi yang jelas tentang sering makan dalam porsi kecil atau puasa intermiten, yang menyatakan bahwa pola asupan kalori total yang tidak teratur mungkin tidak baik untuk menjaga berat badan dan kesehatan jantung.

Para peneliti menyarankan uji coba lebih lanjut, termasuk populasi yang lebih beragam, untuk lebih memahami hubungan antara waktu makan dan perubahan berat badan.

Usia rata-rata peserta dalam penelitian ini adalah 51 tahun, dengan 80 persen berkulit putih, wanita, dan berpendidikan tinggi.

Para penulis mencatat bahwa temuan mereka tentang cara menurunkan berat badan bersifat observasional dan tidak dapat membuktikan sebab dan akibat langsung.

Puasa intermiten telah menjadi tren diet yang populer dalam beberapa tahun terakhir, dengan orang-orang menerimanya sebagai pendekatan sederhana dan fleksibel untuk menurunkan berat badan dan meningkatkan kesehatan.

Konsep puasa intermiten melibatkan pembatasan asupan makanan pada periode tertentu dalam sehari atau hari tertentu dalam sepekan, dengan tujuan mengurangi asupan kalori secara keseluruhan.

Pendukung puasa intermiten menggembar-gemborkan manfaatnya, termasuk peningkatan sensitivitas insulin, peningkatan kesehatan metabolisme, dan fungsi otak yang lebih baik. Selain itu, puasa selang-seling dianggap membantu meningkatkan penanda metabolisme seperti tekanan darah dan kadar kolesterol.

Meskipun popularitasnya semakin meningkat, diperlukan lebih banyak penelitian untuk memahami sepenuhnya efek puasa intermiten dan menentukan keamanan dan efektivitasnya sebagai strategi penurunan berat badan dan peningkatan kesehatan.

Sumber: Al Arabiya English

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Banner

Iklan