Jakarta (Indonesia Window) – Kampanye untuk memboikot produk Turki di Arab Saudi yang dimulai dua pekan lalu telah mendapatkan momentum, dengan lebih banyak perusahaan yang beroperasi di berbagai sektor komersial dan industri bergabung dalam gerakan tersebut.
Ketua Dewan Kamar Dagang Saudi dan Kamar Dagang Riyadh, Ajlan Al-Ajlan, mengatakan bahwa boikot awal akan merugikan ekonomi Turki hampir 20 miliar dolar AS (sekira 293,1 triliun rupiah), menurut laporan Saudi Gazette.
“Saya pikir menghentikan kunjungan 1,5 juta wisatawan Saudi ke Turki akan sangat merugikan, selain ribuan investor di semua sektor, baik dalam impor, pariwisata atau investasi, dan merupakan kewajiban setiap sektor untuk berhenti berurusan dengan negara yang menargetkan pemerintah kita dan rakyat kita,” katanya.
Al-Ajlan menambahkan bahwa pemboikotan dilakukab mulai dari toko terkecil di desa terpencil hinga toko terbesar di kota-kota besar di Arab Saudi.
Langkah boikot oleh perusahaan dan toko ritel di Arab Saudi merupakan eskalasi penolakan yang meluas terhadap produk-produk Turki, menanggapi kebijakan intervensi dan permusuhan Turki terhadap kerajaan dan upaya negara di Asia Tengah itu untuk memperluas hegemoni ke banyak negara.
Beberapa perusahaan ternama yang bergerak di bidang furnitur dan ritel yang memiliki ratusan cabang di Arab Saudi ikut serta dalam kampanye tersebut.
Banyak perusahaan real estate dan toko elektronik telah mengumumkan rencana mereka untuk memboikot produk Turki melalui pernyataan yang dipublikasikan di akun resmi mereka di media sosial.
Ada beberapa perusahaan besar dan pabrik dengan rantai bisnis di seluruh kerajaan, dan mereka terus bergabung dalam kampanye untuk memboikot produk Turki, termasuk Abdul Latif Furniture, Al Watania Market, Al Qafari Furniture and Carpet Group, Tamimi Markets, Al Othaim Market, Astra Markets dan Danube.
Laporan: Redaksi