Blokade teknologi cip oleh AS terhadap China dinilai sebagai langkah memolitisasi isu teknologi dan perdagangan, dan mengubahnya menjadi sebuah alat dan mendasarkannya pada ideologi.
Beijing, China (Xinhua) – Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian pada Senin (7/11) mengkritik rencana Amerika Serikat (AS) untuk mendesak Jepang dan Belanda bergabung dengan pihaknya memblokir arus teknologi cip canggih ke China.
“Ini bukan cara yang akan dilakukan oleh sebuah negara besar yang terbuka dan jujur,” kata Zhao dalam konferensi pers rutin ketika diminta mengomentari langkah AS tersebut.
Namun demikian, tidak ada hal baru perihal cara AS menyalahgunakan kekuatan negara dan keunggulan teknologinya serta memaksa sekutunya dari segi ekonomi hanya untuk mempertahankan kekuatan hegemonik dan kepentingan egoisnya itu, kata Zhao.
Zhao mengatakan AS terus memolitisasi isu teknologi dan perdagangan, mengubahnya menjadi sebuah alat dan mendasarkannya pada ideologi.
“Dunia melihat dengan jelas apa yang dilakukan AS. Siapa pun yang mencoba menghalangi jalan pihak lain hanya akan menghalangi jalannya sendiri,” katanya.
Zhao meminta para pihak terkait untuk mengambil sikap yang objektif dan adil tentang upaya blokade teknologi cip oleh AS terhadap China, mempertimbangkan kepentingan jangka panjang mereka dan kepentingan fundamental masyarakat internasional, serta mengambil kesimpulan yang tepat dan independen.
Perundungan saintek
Di sisi lain, China akan bekerja sama dengan masyarakat internasional untuk menentang praktik unilateralisme, proteksionisme, dan perundungan di bidang sains dan teknologi (saintek), serta mendorong pemulihan ekonomi dunia yang stabil, kata Juru Bicara (Jubir) Kementerian Luar Negeri China Mao Ning pada 14 Oktober lalu.
Pemerintah Amerika Serikat mengumumkan sejumlah larangan ekspor baru terhadap industri cip China belum lama ini. Menurut sejumlah laporan, AS sedang berupaya keras mengatasi konsekuensi yang tidak diinginkan dari kebijakan baru itu, yang dapat secara tidak sengaja justru membahayakan rantai pasokan semikonduktor negara tersebut.
Menanggapi sejumlah laporan tersebut, Mao menyampaikan dalam konferensi pers harian bahwa China menentang keras konsep keamanan nasional AS yang berlebihan dan penyalahgunaan kebijakan pengendalian ekspor untuk dengan sengaja melumpuhkan perusahaan-perusahaan China.
Rantai pasokan dan industri global terbentuk sebagai hasil dari hukum pasar dan pilihan bisnis. Menempatkan batasan secara sewenang-wenang demi tujuan politik menyebabkan ketidakstabilan rantai industri dan pasokan, merugikan pihak lain, dan menjadi bumerang bagi diri sendiri. Itu hanya akan semakin melemahkan ekonomi dunia yang memang sudah rapuh, imbuh Mao.
China memainkan peran penting dalam rantai industri dan pasokan global serta menopang keamanannya, kata Mao. Tahun ini, China dan enam negara lainnya, termasuk Indonesia, meluncurkan dan mendukung Inisiatif Kerja Sama Internasional untuk Rantai Pasokan dan Industri yang Tangguh dan Stabil.
“Kami akan bekerja sama dengan masyarakat internasional untuk menentang praktik unilateralisme, proteksionisme, dan perundungan di bidang saintek, menjunjung tinggi prinsip keterbukaan, keadilan, dan nondiskriminasi, bersama-sama melindungi kestabilan sistem, aturan, dan fondasi ekonomi dunia, serta mendorong pemulihan ekonomi dunia yang stabil,” urai sang jubir.
Laporan: Redaksi