Jakarta (Indonesia Window) – Pesawat milik PT Dirgantara Indonesia CN235-200 FTB (Flying Test Bed) berhasil terbang dari Bandung ke Jakarta yang berjarak penerbangan garis lurus sejauh 23 mil (sekira 37 kilometer) dengan bahan bakar nabati bioavtur, bernama J2.4, pada Selasa.
Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Nicke Widyawati, mengatakan bioavtur J2.4 yang diproduksi oleh PT Kilang Pertamina Internasional (PT KPI) Unit Cilacap menunjukkan kinerja yang hampir setara dengan bahan bakar avtur fosil, dengan perbedaan kinerjanya hanya 0.2 – 0.6 persen.
Pertamina telah merintis penelitian dan pengembangan bioavtur melalui Unit Kilang Dumai (Provinsi Riau) dan Cilacap (Jawa Tengah) sejak 2014.
“Bioavtur J2.4 yang mengandung nabati 2,4 persen, merupakan pencapaian maksimal dengan teknologi katalis yang ada,” ujar Nicke.
Menurut dia, PT KPI Unit Cilacap memiliki kapasitas teknis untuk mengembangkan bioavtur nasional. Bisnis unit Kilang Cilacap merupakan produsen Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Aviation Turbine (avtur) terbesar di Indonesia, dengan produksi tertinggi 1.852.000 barrel sepanjang tahun 2020.
Pengembangan bioavtur J2.4 terdiri atas dua tahapan penting, yakni tahap awal pengembangan yang dikelola oleh PT KPI Unit Dumai melalui Distillate Hydrotreating Unit (DHDT). Pada tahap ini dijalankan proses hydro decarboxylation untuk menghasilkan diesel biohidrokarbon dan bioavtur dalam skala laboratorium.
Selanjutnya, pada tahap kedua proses hydro deoxygenation dijalankan untuk memproduksi diesel biohidrokarbon yang lebih efisien.
Pada tahun 2020, PT KPI Unit Dumai berhasil memproduksi diesel biohidrokarbon D-100 yang 100 persen berasal dari bahan baku nabati, yaitu Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO).
RBDPO adalah minyak kelapa sawit yang sudah melalui proses penyulingan untuk menghilangkan asam lemak bebas, serta penjernihan yang menghilangkan warna dan bau.
Tahap awal tersebut menjadi langkah penting dalam mengembangkan green product termasuk green diesel (minyak solar ramah lingkungan) dan bioavtur.
Sementara itu, d i Unit Kilang Cilacap, pengembangan bioavtur dilakukan di dalam Treated Distillate Hydro Treating (TDHT).
Katalis merah putih untuk bioavtur diproduksi di fasilitas milik Clariant Kujang Catalyst di Cikampek (Jawa Barat), dengan pengawasan langsung dari team Research Technology and Innovation (RTI) Pertamina.
Di Unit Kilang Cilacap, bioavtur dihasilkan dari bahan baku minyak inti kelapa sawit atau Refined, Bleached, and Deodorized Palm Kernel Oil (RBDPKO) dan avtur fosil.
Kapasitas produksi bioavtur di Unit Kilang Cilacap mencapai 8.000 barrel per hari dan akan terus ditingkatkan sesuai kebutuhan pasar mulai 2023.
Dalam kegiatan uji statik, Direktur Utama GMF (Garuda Maintenance Facility), Andi Fahrurrozi, menerangkan bahwa dalam proses pengujian bioavtur, pihaknya senantiasa mematuhi manual yang diterbitkan oleh manufaktur mesin pesawat.
Prosedur khusus juga dijalankan agar avtur jet A1 dan bioavtur J2.4 tidak bercampur saat pengujian guna memberikan hasil yang representatif dan akurat.
“Hasilnya, kinerja keduanya sangat dekat. Tidak ada perbedaan yang signifikan, sehingga bioavtur J2.4 diputuskan layak untuk menjalani tahapan uji non-statis ke pesawat CN235-220,” ujar Andi.
Laporan: Redaksi