Bantuan senjata militer AS untuk Ukraina mendapat perlawanan dari masyarakat Amerika Serikat di dalam negeri, ditunjukkan dengan unjuk rasa ratusan warga New York City dan sekitarnya, menentang ekspansi NATO dan menyerukan perdamaian di Ukraina.
New York City, AS (Xinhua) – Ratusan pengunjuk rasa dari New York City (NYC) dan sejumlah daerah di sekitarnya menggelar unjuk rasa dan pawai di Times Square pada Sabtu (14/1) untuk menentang keterlibatan Amerika Serikat (AS) dalam perang di luar negeri.
Para pengunjuk rasa menentang ekspansi NATO dan menyerukan perdamaian di Ukraina, mengkritik pengeluaran besar-besaran AS untuk krisis Ukraina dan pengumuman Gedung Putih untuk kembali memberi Kiev baterai rudal darat ke udara (surface-to-air) Patriot.
“Kami di sini hari ini karena kami menentang ekspansi tanpa akhir yang dilakukan NATO, yang tidak hanya tak ada gunanya, tetapi juga sembrono dan proaktif,” kata Brian Becker, Direktur Nasional ANSWER Coalition, sebuah koalisi antiperang terkemuka di AS.
Alih-alih meningkatkan eskalasi perang dan mengirim lebih banyak senjata ke Ukraina, AS seharusnya kembali ke meja perundingan dan mengakui bahwa Rusia memiliki kekhawatiran keamanan yang sah, kata Becker kepada Xinhua di sela-sela unjuk rasa tersebut.
“Kami juga di sini hari ini karena Amerika Serikat mengeluarkan tambahan 65 miliar dolar AS untuk mendanai perang di Ukraina, sementara ada 1 juta tunawisma di Amerika, sekolah-sekolah kami kekurangan dana, dan banyak orang bangkrut karena tidak bisa membayar tagihan dokter,” kata Becker, yang mendesak negaranya agar membelanjakan uang itu untuk membantu warga Amerika yang membutuhkan, bukannya mendanai perang dan militerisme.
Diprakarsai oleh ANSWER Coalition dan The People’s Forum, sebuah inkubator gerakan untuk kelas pekerja dan komunitas terpinggirkan, unjuk rasa tersebut diperkirakan akan disusul oleh sejumlah aksi protes serupa di kota-kota lain di AS menjelang Hari Martin Luther King Jr. pada Senin (16/1).
*1 dolar AS = 15.020 rupiah
Laporan: Redaksi