APEC didirikan berdasarkan prinsip-prinsip multilateral dan regionalisme terbuka, dengan Peru sebagai ketua tahun ini mempertahankan fokus pada strategi dan jalur menuju integrasi seluruh kawasan Asia-Pasifik.
Canberra, Australia (Xinhua/Indonesia Window) – Tantangan bagi Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (Asia-Pacific Economic Cooperation/APEC) pada 2024, di tengah kemunduran prinsip-prinsip multilateral dan tekanan untuk memecah belah ekonomi global, adalah berpegang teguh pada prinsip-prinsip dasar APEC dan melawan tren yang akan merusak potensi pembangunan dan kemakmuran di kawasan itu, kata seorang akademisi pada Ahad (3/11).
Peter Drysdale, penyandang gelar profesor emeritus ekonomi sekaligus kepala Biro Riset Ekonomi Asia Timur dan Forum Asia Timur di Crawford School of Public Policy, Australian National University, mengatakan kepada Xinhua bahwa APEC merupakan platform yang sangat penting di mana China dapat menunjukkan komitmennya terhadap prinsip-prinsip multilateral serta reformasi dan keterbukaan yang sedang berlangsung.
Dia juga percaya bahwa APEC “juga merupakan sebuah skema di mana hubungan China dengan Amerika Serikat (AS) dimediasi secara konstruktif dalam latar multilateral.”
“Visi APEC mengenai integrasi regional dan untuk Kawasan Perdagangan Bebas Asia dan Pasifik (Free Trade Area of Asia and the Pacific/FTAAP) serta transisi menuju masa depan netral karbon yang berkelanjutan merupakan agenda yang sejalan dengan ambisi China untuk masa depan, dan dengan demikian, APEC merupakan forum yang sangat berharga bagi diskusi mereka dengan para mitra regional,” ujar Drysdale.
Yang terpenting adalah prioritas berkelanjutan yang melekat pada visi jangka panjang dari FTAAP pada akhirnya menjaga integrasi di seluruh kawasan ini tetap berada di garis depan terlepas dari kekuatan-kekuatan yang akan mendorong perpecahan regional, ujar Drysdale, yang secara luas dikenal sebagai arsitek intelektual terkemuka APEC.
Guna mencapai tujuan nasional untuk pembangunan dan dekarbonisasi dalam beberapa dekade mendatang, Australia dan China harus melakukan transformasi besar-besaran dalam perdagangan dan ekonomi industri mereka, dan bukan secara bilateral, melainkan dalam lingkup ekonomi regional dan global, katanya memaparkan.
Perdagangan sumber daya dan energi serta industri-industri besar seperti industri besi dan baja harus berubah secara fundamental, ujar Drysdale. Lebih lanjut dia menambahkan bahwa wadah-wadah seperti APEC harus digunakan untuk menyelesaikan masalah ini bersama-sama dengan para anggota APEC di kawasan itu.
Di bawah tema ‘Memberdayakan. Menyertakan. Tumbuh.’ (Empower. Include. Grow.), pertemuan APEC 2024 akan digelar di Peru pada 10 hingga 16 November.
Mengingat APEC didirikan berdasarkan prinsip-prinsip multilateral dan regionalisme terbuka, Peru, sebagai ketua tahun ini, mempertahankan fokus pada strategi dan jalur menuju integrasi seluruh kawasan Asia-Pasifik, dalam perdagangan dan investasinya untuk pertumbuhan yang saling terhubung, inovasi dan digitalisasi untuk pertumbuhan inklusif, dan pertumbuhan berkelanjutan untuk agenda pembangunan yang tangguh, katanya.
Laporan: Redaksi