Banner

Fokus Berita – KTT Melbourne ungkap ASEAN tolak memihak dalam persaingan kekuatan

Seorang pria terlihat di venue Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) ke-43 di Jakarta pada 5 September 2023. (Xinhua/Wang Yiliang)

Anwar Ibrahim mengecam apa yang dia anggap sebagai peningkatan “fobia terhadap China” di kalangan Amerika Serikat dan beberapa sekutunya, serta mempertanyakan mengapa Malaysia harus “mencari gara-gara” dengan mitra dagang terbesarnya, saat merespons kritik AS terhadap hubungan Kuala Lumpur dengan Beijing.

 

Manila, Filipina (Xinhua) – Para pemimpin, pejabat senior, dan pakar ASEAN telah menyuarakan penolakan mereka terhadap keharusan memihak dalam rivalitas di antara negara-negara besar.

Pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Khusus ASEAN-Australia 2024 yang digelar di Melbourne, Australia, Perdana Menteri (PM) Malaysia Anwar Ibrahim mengatakan bahwa Amerika Serikat (AS) dan beberapa sekutunya tidak boleh menghalangi Malaysia untuk berteman dengan China.

“Kami tidak punya masalah dengan China,” ujar Anwar Ibrahim dalam sebuah konferensi pers gabungan yang juga dihadiri Perdana Menteri Australia Anthony Albanese.

Dalam wawancara dengan Financial Times baru-baru ini, Anwar Ibrahim mengecam apa yang dia anggap sebagai peningkatan “fobia terhadap China” di kalangan Amerika Serikat (AS) dan beberapa sekutunya, serta mempertanyakan mengapa Malaysia harus “mencari gara-gara” dengan mitra dagang terbesarnya, saat merespons kritik AS terhadap hubungan Kuala Lumpur dengan Beijing.

“Referensi saya terhadap fobia China adalah karena kritik yang ditujukan kepada kami lantaran memberikan fokus tambahan pada China,” ujar PM Malaysia itu dalam konferensi pers di Melbourne.

Pemimpin Malaysia tersebut menekankan bahwa negaranya “sangat independen” dan tidak ingin “didikte oleh kekuatan apa pun.”

“Jadi, mengingat kami masih menjadi teman yang penting bagi Amerika Serikat atau Eropa dan di Australia, mereka tidak boleh menghalangi kami untuk berteman dengan salah satu tetangga penting kami, khususnya China,” tutur Anwar Ibrahim.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal ASEAN Kao Kim Hourn juga mengatakan kepada media Australia bahwa blok regional tersebut tidak akan pernah memihak dalam persaingan antara negara-negara besar.

“Entah Anda menyebutnya dinamika strategis, persaingan strategis, atau rivalitas strategis, kita semua ingin melihat AS dan China memperbaiki hubungan mereka,” ujar Kao seperti dikutip oleh The Australian Financial Review.

“Selalu ada persaingan di sana, tetapi cara kita mengelola hubungan secara strategis sangatlah penting,” ujarnya di sela-sela KTT tersebut, seraya menekankan bahwa ASEAN tidak dapat menganggap sepele perdamaian dan kemakmuran.

Mussolini Lidasan, direktur Institut Al Qalam di Universitas Ateneo de Davao di Filipina, mengungkapkan sentimen serupa.

Dalam sebuah wawancara dengan Xinhua, Lidasan menyatakan negara-negara ASEAN tidak boleh dipaksa untuk memihak kekuatan besar mana pun.

“Negara-negara ASEAN secara tradisional menganut kebijakan netralitas dan nonblok dalam persaingan kekuatan besar. Pendekatan ini memungkinkan mereka menjaga hubungan baik dengan berbagai negara dan menghindari keterlibatan langsung dalam konflik,” ujar analis politik itu.

Alih-alih memaksa negara-negara ASEAN untuk memihak, akan “lebih bermanfaat” jika mengadvokasi upaya diplomasi, kerja sama multilateral, dan kepatuhan terhadap hukum internasional guna menyelesaikan perselisihan, sebut Lidasan.

“Pendekatan ini dapat membantu melindungi kepentingan semua pihak yang terlibat dan berkontribusi bagi penyelesaian sengketa secara damai dan berkelanjutan di kawasan,” imbuhnya.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan