Parlemen Lebanon gagal memilih presiden baru untuk negara republik itu dalam sidang ke-12 mereka, menyebabkan negara itu semakin terjerumus ke dalam ketidakpastian politik.
Beirut, Lebanon (Xinhua) – Parlemen Lebanon pada Rabu (14/6) gagal memilih presiden baru untuk negara republik itu dalam sidang ke-12 mereka, menyebabkan negara itu semakin terjerumus ke dalam ketidakpastian politik.
Dalam pemilihan presiden tersebut, perolehan suara Sleiman Frangieh, pemimpin Gerakan Marada yang didukung oleh dua partai Syiah Hizbullah dan Gerakan Amal, tertinggal dari pesaing utamanya Jihad Azour, mantan menteri keuangan yang didukung oleh dua partai Kristen terbesar di negara itu, yakni Gerakan Patriotik Bebas (Free Patriotic Movement) dan Pasukan Lebanon (Lebanese Forces).
Frangieh memperoleh 51 suara, sementara Azour 59 suara. Tak satu pun dari mereka mengantongi mayoritas dua pertiga suara atau total 86 suara dalam putaran pertama pemungutan suara, sedangkan putaran kedua tidak dilaksanakan akibat tidak tercapainya kuorum.
Lebanon gagal memilih presiden sejak Oktober 2022 ketika masa jabatan mantan presiden Michel Aoun berakhir.
Lebanon dilanda krisis keuangan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Negara tersebut sangat perlu memilih presiden serta membentuk kabinet baru untuk mengimplementasikan reformasi yang diperlukan dan menempatkan negara itu pada jalur pemulihan.
Laporan: Redaksi