Jumlah warga Palestina yang tewas di Gaza tembus 40.000, perundingan gencatan senjata belum temukan titik temu

Asap mengepul dari sekitar area Menara Hamad di sebelah barat laut Kota Khan Younis, Jalur Gaza selatan, pada 16 Agustus 2024. (Xinhua/Rizek Abdeljawad)

Aksi pengeboman Israel pada 10 Agustus lalu menargetkan sebuah sekolah di Gaza City, menewaskan lebih dari 100 warga Palestina dan melukai puluhan lainnya.

 

Gaza, Plaestina (Xinhua/Indonesia Window) – Jumlah warga Palestina yang tewas akibat serangan Israel yang terus berlanjut di Jalur Gaza telah melampaui 40.000 orang per Kamis (15/8), di saat perundingan gencatan senjata di Gaza akan dilanjutkan di Qatar.

Dalam 24 jam terakhir, militer Israel menewaskan 40 orang dan melukai 107 lainnya, sehingga total korban tewas menjadi 40.005 orang dan korban luka-luka mencapai 92.401 orang sejak konflik Palestina-Israel pecah pada awal Oktober 2023, demikian ungkap otoritas kesehatan yang berbasis di Gaza pada Kamis dalam sebuah pernyataan.

Masih banyak korban yang terperangkap di bawah reruntuhan dan di jalan-jalan, sedangkan kru pertahanan sipil dan ambulans tidak dapat menjangkau mereka, tambah otoritas tersebut.

Hanya dalam waktu lima setengah bulan, jumlah warga Palestina yang tewas di Jalur Gaza meningkat dari 30.000 menjadi 40.000 orang.

(240812) — NUSEIRAT REFUGEE CAMP, Aug. 12, 2024 (Xinhua) — A man stands among the rubble after an Israeli airstrike in the Nuseirat refugee camp, central Gaza Strip, on Aug. 12, 2024. The Palestinian death toll from ongoing Israeli attacks on the Gaza Strip has risen to 39,897, Gaza-based health authorities said in a statement on Monday. (Photo by Marwan Dawood/Xinhua)

Serangan besar-besaran Israel terus berlanjut selama sebulan terakhir. Menurut otoritas kesehatan Gaza, aksi pengeboman Israel terhadap sebuah rumah sakit lapangan di Deir al-Balah, Jalur Gaza tengah, pada 27 Juli telah mengakibatkan sedikitnya 30 warga Palestina tewas dan lebih dari 100 orang terluka. Pada 10 Agustus, aksi pengeboman Israel lainnya menargetkan sebuah sekolah di Gaza City, menewaskan lebih dari 100 warga Palestina dan melukai puluhan lainnya, ungkap otoritas itu.

Pasukan Pertahanan Israel (Israel Defense Forces/IDF) mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Kamis bahwa pihaknya melanjutkan aktivitas operasional di Jalur Gaza, “melenyapkan teroris dan membongkar infrastruktur teroris.”

Dalam sehari terakhir, Angkatan Udara Israel membongkar lebih dari 30 lokasi infrastruktur Hamas, termasuk bangunan yang dipasangi bahan peledak, infrastruktur bawah tanah, dan fasilitas penyimpanan senjata, tambah IDF.

Israel melancarkan agresi skala besar terhadap Hamas di Jalur Gaza untuk membalas serangan Hamas di perbatasan Israel bagian selatan pada 7 Oktober 2023, yang menyebabkan kurang lebih 1.200 orang tewas dan sekitar 250 orang disandera.

Konflik Hamas-Israel yang berkepanjangan telah membuat daerah kantong pesisir yang terkepung itu tidak layak dihuni. Sekitar 305 kilometer persegi, atau hampir 84 persen wilayah di Jalur Gaza, berada di bawah perintah evakuasi oleh militer Israel, sebut laporan terbaru yang dirilis oleh Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (OCHA) pada Senin (12/8).

Para pekerja memakamkan jenazah warga Palestina yang tidak diketahui identitasnya dan tewas di tangan tentara Israel di Kota Khan Younis, Jalur Gaza selatan, pada 5 Agustus 2024. Israel telah mengembalikan jenazah 89 warga Palestina yang tewas di tangan tentara Israel di Jalur Gaza, demikian disampaikan kantor media pemerintah Gaza yang dikelola Hamas pada Senin (5/8). (Xinhua/Rizek Abdeljawad)

Sejak 4 Juli, Kantor Hak Asasi Manusia PBB telah mencatat 21 serangan terhadap sekolah-sekolah yang berfungsi sebagai tempat penampungan di Jalur Gaza, yang mengakibatkan sedikitnya 274 orang tewas, termasuk perempuan dan anak-anak, papar laporan tersebut.

Perempuan dan anak perempuan sering kali sampai berbulan-bulan tidak mandi, melewati beberapa siklus menstruasi tanpa membersihkan diri, ujar Komisaris Jenderal Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA) Philippe Lazzarini di platform media sosial X pada Kamis.

Mereka harus memangkas rambut menjadi sangat pendek karena kutu, kelangkaan sampo, serta ketidakcukupan air atau sisir, dan banyak pula di antara mereka yang mengatakan merasa tidak aman, tidak memiliki privasi atau harga diri di tempat penampungan dan lokasi pengungsian yang penuh sesak, papar Lazzarini.

Meski banyak orang menggantungkan harapan mereka pada perundingan gencatan senjata pada Kamis di Doha, ketidakpastian masih membayangi.

Suhail Hindi, anggota Biro Politik Hamas, pada Rabu (14/8) mengumumkan bahwa kelompok tersebut tidak akan berpartisipasi dalam gencatan senjata.

Hindi mengatakan Hamas membutuhkan komitmen yang jelas dari Israel untuk mematuhi perjanjian yang telah dibuat pada 2 Juli, berdasarkan usulan gencatan senjata dari Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden, seraya menambahkan bahwa Hamas siap mengimplementasikan perjanjian itu jika ada komitmen dari Israel.

Pada Ahad (11/8), Hamas menuntut agar mediator gencatan senjata mengemukakan rencana implementasi usulan itu, alih-alih “menggelar lebih banyak putaran negosiasi atau menyampaikan usulan-usulan baru yang memberikan kedok bagi agresi pendudukan.”

“Hidup ini tragis. Orang-orang berupaya beradaptasi, tetapi tidak ada optimisme bahwa penderitaan ini akan segera berakhir. Sejujurnya, kami melakukan segala yang kami bisa untuk bertahan hidup dan beradaptasi, tetapi kehancuran dan kematian yang terjadi di mana-mana menghalangi kami untuk melakukannya,” kata Mohammed Hammad, seorang warga Palestina yang tinggal di Deir al-Balah, kepada Xinhua pada Rabu.

Orang-orang mengungsi dari Kota Hamad, sebuah permukiman di sebelah barat laut Kota Khan Younis di Jalur Gaza selatan, pada 11 Agustus 2024, menyusul perintah evakuasi terbaru yang dikeluarkan oleh otoritas Israel. (Xinhua/Rizek Abdeljawad)

“Kami berharap akan mendengar kabar baik setelah pertemuan yang digelar di Doha, tetapi pada saat yang sama, saya khawatir upaya gencatan senjata akan gagal, terutama karena perang sudah hampir setahun,” imbuh Hammad.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan