WMO sebut 3,6 miliar orang hadapi akses air yang tidak memadai

Seorang wanita membawa jeriken berisi air di Turkana County yang dilanda kekeringan di Kenya pada 11 Oktober 2022. (Xinhua/John Okoyo)

Akses air tidak memadai dialami oleh sekitar 3,6 miliar orang saat ini di seluruh dunia, dan diproyeksikan meningkat menjadi lebih dari 5 miliar pada 2050 mendatang.

 

Jenewa, Swiss (Xinhua) – Sekitar 3,6 miliar orang saat ini menghadapi akses air yang tidak memadai setidaknya sebulan dalam setahun, seperti dikatakan Organisasi Meteorologi Dunia (World Meteorological Organization/WMO) dalam laporannya, State of Global Water Resources 2021, yang diterbitkan pada Selasa (29/11).

Angka tersebut diproyeksikan meningkat menjadi lebih dari 5 miliar pada 2050 mendatang. Laporan itu menilai dampak perubahan iklim, lingkungan, dan masyarakat terhadap sumber daya air di Bumi. Tujuannya adalah untuk mendukung pemantauan dan pengelolaan sumber daya air tawar global di era ketika permintaan terus meningkat dan pasokan terbatas.

Laporan itu menunjukkan bahwa karena pengaruh perubahan iklim dan fenomena La Nina (periode pendinginan suhu permukaan laut di Pasifik tropis), sebagian besar wilayah dunia mengalami kondisi yang lebih kering dari biasanya pada 2021. Dibandingkan dengan rata-rata hidrologis selama 30 tahun, daerah dengan debit sungai di bawah rata-rata pada tahun lalu sekitar dua kali lebih besar dibandingkan daerah dengan debit sungai di atas rata-rata.

Akses air tidak memadai
Sejumlah penduduk desa mengambil air minum dari sebuah sumur di Provinsi Baghlan, Afghanistan, pada 24 April 2022. (Xinhua/Mehrab Ibrahimi)

Antara tahun 2001 hingga 2018, mekanisme antarlembaga United Nations Water melaporkan bahwa 74 persen dari seluruh bencana alam yang terjadi berkaitan dengan air. Konferensi Para Pihak Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Perubahan Iklim ke-27 (COP27) baru-baru ini mendesak pemerintah negara-negara untuk lebih mengintegrasikan air ke dalam upaya adaptasi. Itu merupakan kali pertama air dirujuk dalam dokumen hasil COP sebagai pengakuan atas keutamaan air yang krusial.

Menurut Sekretaris Jenderal WMO Petteri Taalas, meskipun dampak perubahan iklim sering dirasakan melalui air, seperti kekeringan yang lebih intens dan lebih sering, banjir yang lebih ekstrem, curah hujan musiman yang lebih tidak menentu, dan percepatan mencairnya gletser, pemahaman tentang perubahan distribusi, kuantitas, dan kualitas sumber daya air tawar masih kurang.

Akses air tidak memadai
Seorang pria mendorong sepeda motornya di tengah banjir di Medan, Provinsi Sumatra Utara, pada 19 November 2022. (Xinhua/Byma)

Laporan WMO tersebut bertujuan untuk mengisi kesenjangan pengetahuan ini, yang akan sangat membantu dalam menyediakan akses universal dalam lima tahun ke depan untuk peringatan dini bahaya, seperti banjir dan kekeringan, katanya.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan