Akibat kenaikan harga dan melemahnya nilai tukar yen, 51,5 persen responden melaporkan pengurangan anggaran, dengan “tidak adanya kenaikan gaji” sebagai alasan yang paling banyak disebutkan, yakni 35,2 persen responden, disusul oleh “tagihan listrik dan gas yang makin tinggi” sebanyak 33,1 persen responden.
Tokyo, Jepang (Xinhua/Indonesia Window) – Anggaran rata-rata untuk liburan musim panas di Jepang menurun dibandingkan tahun sebelumnya akibat kenaikan harga dan melemahnya nilai tukar yen, tunjuk hasil survei terbaru pada Rabu (17/7).
Anggaran rata-rata tersebut tercatat di angka 58.561 yen, turun 2,6 persen secara tahunan (year on year), meskipun ada kenaikan upah di antara perusahaan-perusahaan besar dalam negosiasi tenaga kerja musim semi 2024 dan pemberlakuan pengurangan pajak tarif tetap pada Juni, ungkap survei yang dilakukan oleh firma riset pasar INTAGE Inc. itu.
Sekitar 69,6 persen responden mengatakan bahwa kenaikan harga dan lemahnya nilai tukar yen “sangat” atau “sedikit banyak” memengaruhi rencana liburan musim panas mereka.
Akibat kenaikan harga dan melemahnya nilai tukar yen, 51,5 persen responden melaporkan pengurangan anggaran, dengan “tidak adanya kenaikan gaji” sebagai alasan yang paling banyak disebutkan, yakni 35,2 persen responden, disusul oleh “tagihan listrik dan gas yang makin tinggi” sebanyak 33,1 persen responden.
Sementara itu, 26,9 persen responden yang disurvei melaporkan peningkatan anggaran liburan musim panas mereka.
Mengenai rencana liburan, 36,9 persen responden mengatakan akan menghabiskan masa liburan mereka di rumah, 19,1 persen merencanakan perjalanan domestik dengan durasi menginap, 18,5 persen memilih untuk berbelanja atau makan di luar, dan 12,9 persen berniat untuk mengunjungi rumah orang tua mereka.
Hanya 2,1 persen dari responden yang disurvei merencanakan perjalanan ke luar negeri, dengan anggaran rata-rata 443.058 yen, turun 13,8 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Berbagai destinasi di Asia menjadi makin populer karena biaya perjalanan yang lebih murah dibandingkan Eropa, kemungkinan besar akibat melemahnya nilai tukar yen, sebut survei itu.
Survei yang dilakukan dari 27 Juni hingga 1 Juli ini mencakup respons dari 5.000 individu berusia 15-79 tahun di seluruh Jepang.
*1 yen = 102 rupiah
Laporan: Redaksi