Bekasi, Jawa Barat (Indonesia Window) – Perancis menarik duta besarnya pada Sabtu (24/10) setelah Presiden Turki Tayyip Erdogan mengatakan Presiden Emmanuel Macron membutuhkan bantuan mental atas sikapnya terhadap Muslim, menurut laporan Reuters yang dikutip pada Ahad.
“Apa masalah orang bernama Macron ini dengan Muslim dan Islam? Macron membutuhkan perawatan pada tingkat mental,” kata Erdogan dalam pidatonya di Kota Kayseri, Turki Tengah.
“Apa lagi yang bisa dikatakan kepada seorang kepala negara yang tidak memahami kebebasan berkeyakinan dan yang berperilaku seperti ini kepada jutaan orang yang tinggal di negaranya yang merupakan anggota dari agama yang berbeda?”, imbuh Erdogan.
Pemimpin Perancis bulan ini mendeklarasikan perang terhadap ‘separatisme Islam’, yang dia yakini mengambil alih beberapa komunitas Muslim di Perancis.
Perancis diguncang oleh pemenggalan seorang guru sebagai balasan penggunaan kartun Nabi Muhammad (ﷺ) di kelas tentang kebebasan berekspresi.
Tidak ada pesan belasungkawa dari pemimpin Turki setelah kematian guru sejarah itu pekan lalu.
Turki dan Perancis sama-sama merupakan anggota aliansi militer Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), namun berselisih mengenai sejumlah isu, termasuk yang berkaitan dengan Suriah dan Libya, yurisdiksi maritim di Mediterania timur, dan konflik di Nagorno-Karabakh (perbatasan Azerbaijan-Armenia).
Sejak Partai AK pertama kali berkuasa pada tahun 2002, Erdogan telah berusaha untuk mengubah Islam menjadi arus utama politik di Turki, sebuah negara mayoritas Muslim tetapi secara konstitusional sekuler.
Presiden Turki juga mengatakan pada 6 Oktober bahwa komentar Macron tentang ancaman Islam merupakan ‘provokasi yang jelas’ dan menunjukkan ketidaksopanan’.
Laporan: Raihana Radhwa