Banner

Tembakau bertanggung jawab atas 20 persen kematian akibat jantung koroner

Ilustrasi. Setiap tahun, 1,9 juta orang meninggal karena penyakit jantung akibat tembakau, menurut laporan terbaru yang dirilis pada Selasa oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Federasi Jantung Dunia, dan Universitas Newcastle Australia menjelang Hari Jantung Dunia yang diperingati pada 29 September. (Mathew MacQuarrie on Unsplash)

Nganjuk, Jawa Timur (Indonesia Window) – Setiap tahun, 1,9 juta orang meninggal karena penyakit jantung akibat tembakau, menurut laporan terbaru yang dirilis pada Selasa oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Federasi Jantung Dunia, dan Universitas Newcastle Australia menjelang Hari Jantung Dunia yang diperingati pada 29 September.

Jumlah tersebut setara dengan satu dari lima kematian akibat penyakit jantung.

Laporan WHO tersebut memperingatkan semua pengguna tembakau untuk berhenti guna menghindari serangan jantung serta menekankan bahwa perokok lebih mungkin mengalami kejadian kardiovaskular akut (penyumbatan pembuluh darah yang dapat menyebabkan serangan jantung, nyeri dada, atau stroke) pada usia yang lebih muda dari pada bukan perokok.

Dengan hanya menghisap beberapa batang rokok sehari, atau sesekali merokok, atau terpapar asap rokok orang lain sama saja meningkatkan risiko penyakit jantung.

Jika perokok segera berhenti, maka risiko penyakit jantung akan menurun hingga 50 persen setelah satu tahun tidak merokok.

“Kegagalan menawarkan layanan berhenti merokok kepada pasien dengan penyakit jantung dapat dianggap sebagai malpraktek klinis atau kelalaian,” kata Dr. Eduardo Bianco, Ketua Kelompok Pakar Tembakau Federasi Jantung Dunia.

Laporan singkat tersebut juga menunjukkan bahwa tembakau tanpa asap bertanggung jawab atas sekitar 200.000 kematian akibat penyakit jantung koroner per tahun.

Rokok elektrik juga meningkatkan tekanan darah sehingga meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular.

Lebih lanjut, tekanan darah tinggi dan penyakit jantung meningkatkan risiko COVID-19 yang parah.

Sebuah survei WHO baru-baru ini menemukan bahwa di antara orang yang meninggal karena COVID-19 di Italia, 67 persen memiliki tekanan darah tinggi. Di Spanyol, 43 persen orang yang terkonfirmasi COVID-19 memiliki penyakit jantung.

“Pemerintah memiliki tanggung jawab untuk melindungi kesehatan masyarakatnya dan membantu membalikkan epidemi tembakau. Menjadikan masyarakat kita bebas rokok, mengurangi jumlah pasien masuk rumah sakit karena tembakau, menjadi lebih penting dalam konteks pandemik saat ini,” kata Dr. Vinayak Prasad, pemimpin WHO No Tobacco Unit (Satuan Tanpa Tembakau).

Pengendalian tembakau adalah elemen kunci untuk mengurangi penyakit jantung.

Pemerintah dapat berperan membantu pengguna tembakau berhenti dengan meningkatkan pajak atas produk tembakau, memberlakukan larangan iklan tembakau, dan menawarkan layanan untuk membantu orang berhenti merokok.

Laporan: Raihanatul Radhwa

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan