PBB sebut hampir 70.000 migran tewas atau hilang dalam perjalanan sejak 2014
Jumlah migran yang tewas atau dinyatakan hilang di sepanjang rute darat dan laut hampir menembus angka 70.000 jiwa sejak 2014, dengan angka sebenarnya kemungkinan jauh lebih tinggi.
PBB (Xinhua/Indonesia Window) – Sejak 2014, hampir 70.000 migran telah tewas atau dinyatakan hilang di sepanjang rute darat dan laut, dengan angka sebenarnya kemungkinan jauh lebih tinggi, demikian ungkap Sekretaris Jenderal (Sekjen) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres pada Kamis (18/12).
Dalam pesannya saat Hari Migran Internasional, yang diperingati setiap tahun pada 18 Desember, Guterres mengatakan migrasi merupakan pendorong yang kuat bagi kemajuan, mendongkrak perekonomian, menghubungkan budaya, dan memberikan manfaat bagi negara asal maupun negara tujuan.
“Namun, ketika migrasi dikelola dengan buruk atau dipersepsikan secara tidak tepat, hal itu dapat memicu kebencian dan perpecahan, membahayakan nyawa orang-orang yang mencari keselamatan dan kesempatan,” paparnya. Di tengah semakin ketatnya perbatasan dan maraknya aktivitas penyelundup serta pelaku perdagangan manusia, “perempuan dan anak-anak termasuk kelompok yang paling berisiko,” imbuh sang sekjen.
Merujuk pada Global Compact for Safe, Orderly and Regular Migration yang diadopsi tujuh tahun lalu, Guterres menyebutkan bahwa komunitas internasional “mampu dan harus memanfaatkan potensi migrasi untuk mendorong pembangunan berkelanjutan dan membangun masyarakat yang lebih tangguh.”
“Langkah ini dimulai dengan menantang narasi yang mendehumanisasi para migran dan menggantinya dengan kisah-kisah solidaritas,” ujar Guterres, seraya menyerukan kepada komunitas internasional untuk “bersatu membela hak setiap migran, serta menjadikan migrasi bermartabat dan aman bagi semua.”
Pada Desember 2000, Majelis Umum PBB, dengan mempertimbangkan jumlah migran di dunia yang besar dan terus meningkat, menetapkan 18 Desember sebagai Hari Migran Internasional.
Laporan: Redaksi

.jpg)








