Banner

AS rencana jual F-35 ke Arab Saudi, Israel ketar-ketir

Foto dokumentasi yang bersumber dari Pasukan Pertahanan Israel (Israel Defense Forces/IDF) ini menunjukkan sebuah jet tempur F-35. (Xinhua/IDF)

Israel saat ini menjadi satu-satunya negara di Timur Tengah yang mengoperasikan pesawat tempur siluman canggih F-35, dan undang-undang AS mewajibkan agar penjualan senjata apa pun di Timur Tengah tidak mengikis “keunggulan kualitatif” militer Israel atas negara-negara tetangganya.

 

Yerusalem, Wilayah Palestina yang diduduki (Xinhua/Indonesia Window) – Israel berharap Washington akan mempertahankan akses Israel terhadap persenjataan Amerika Serikat (AS) yang lebih canggih. Demikian disampaikan juru bicara (jubir) Kantor Perdana Menteri (PM) Israel pada Kamis (20/11), merespons rencana AS untuk menjual jet tempur F-35 ke Arab Saudi.

Israel saat ini menjadi satu-satunya negara di Timur Tengah yang mengoperasikan pesawat tempur siluman canggih tersebut, dan undang-undang AS mewajibkan agar penjualan senjata apa pun di Timur Tengah tidak mengikis “keunggulan kualitatif” militer Israel atas negara-negara tetangganya.

“AS dan Israel memiliki kesepahaman yang telah berlangsung lama, yakni bahwa Israel mempertahankan keunggulan kualitatif dalam hal pertahanannya,” kata Shosh Bedrosian, sang juru bicara, kepada awak media.

“Hal itu berlaku di masa lalu, berlaku hari ini, dan PM (Benjamin Netanyahu) yakin hal tersebut akan berlaku besok dan di masa depan,” tambahnya.

Banner

Pernyataan itu merupakan komentar resmi pertama dari pemerintah Israel terkait rencana penjualan F-35 ke Arab Saudi, yang diumumkan pada Senin (17/11) oleh Presiden AS Donald Trump dalam sebuah pertemuan di Gedung Putih dengan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman Al Saud. Kesepakatan yang diusulkan itu mencakup hingga 48 unit F-35, menandai perubahan setelah bertahun-tahun AS bersikap ragu di bawah pemerintahan sebelumnya.

Israel dan Arab Saudi belum menjalin hubungan diplomatik resmi. Selama kunjungannya ke Washington, putra mahkota Arab Saudi mengatakan negaranya ingin menormalisasi hubungan dengan Israel, tetapi ingin memastikan adanya “jalur yang jelas menuju solusi dua negara” yang mencakup kedaulatan negara Palestina.

Netanyahu dan pemerintahan sayap kanannya telah secara tegas menentang pembentukan Negara Palestina.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan