Jakarta (Indonesia Window) – Sebanyak 80 negara berpenghasilan tinggi, yang akan membiayai vaksin dari anggaran keuangan publik mereka sendiri, sejauh ini telah mengajukan Pernyataan Minat (Expressions of Interest) sebelum 31 Agustus guna berpartisipasi dalam COVAX, menurut pernyataan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang diterima di Jakarta, Rabu.
COVAX adalah sebuah inisiatif global yang bertujuan bekerja sama dengan produsen vaksin guna memberikan akses yang adil kepada negara-negara di seluruh dunia untuk memperoleh vaksin yang aman dan efektif setelah dilisensikan dan disetujui.
COVAX adalah pilar dari Access to COVID-19 Tools (ACT) Accelerator (pemercepat akses COVID-19) yang dipimpin bersama oleh Koalisi untuk Inovasi Kesiapsiagaan Epidemi (CEPI), Gavi (Aliansi Vaksin), serta WHO yang bermitra dengan produsen vaksin negara maju dan berkembang.
Delapan puluh negara tersebut akan bermitra dengan 92 negara berpenghasilan rendah dan menengah yang akan didukung oleh COVAX Advance Market Commitment (AMC), yakni instrumen pembiayaan yang ditujukan untuk mendukung partisipasi 92 negara berpenghasilan rendah dan menengah dalam Fasilitas COVAX.
Bersama-sama, kelompok 172 negara tersebut mewakili lebih dari 70 persen populasi dunia.
Mereka adalah perwakilan dari setiap benua dan lebih dari separuh kelompok ekonomi G20.
“Momentum yang kita saksikan di balik upaya global yang belum pernah terjadi sebelumnya ini berarti mungkin ada cahaya di ujung terowongan. Vaksin adalah cara terbaik kami untuk mengakhiri fase akut pandemik dan upaya COVAX adalah cara terbaik untuk sampai ke sana,” kata CEO Gavi, Dr. Seth Berkley.
“Untuk negara-negara berpenghasilan tinggi, ini adalah hubungan saling menguntungkan. Anda tidak hanya akan dijamin akses ke portofolio vaksin terbesar di dunia, tapi juga akan bernegosiasi sebagai bagian dari konsorsium global, menurunkan harga dan memastikan akses yang benar-benar global,” tuturnya.
“Mendaftar ke Fasilitas COVAX memberi setiap negara kesempatan terbaiknya untuk melindungi anggota yang paling rentan dari populasi mereka, yang pada gilirannya memberi dunia kesempatan terbaik untuk mengurangi korban pandemik ini dari individu, komunitas, dan ekonomi global,” kata Berkley.
Laporan: Redaksi