Banner

Jubir Kemenlu China: Bawang putih tak pernah terbayangkan bisa jadi ancaman besar bagi AS

Foto ini menunjukkan pemandangan Starlight Night Market di Kota Jinghong, Prefektur Otonom Etnis Dai Xishuangbanna, Provinsi Yunnan, China barat daya, pada 7 Desember 2024. Pasar malam tersebut menjadi destinasi yang memungkinkan wisatawan untuk melihat langsung adat istiadat kelompok etnis Dai. (Xinhua/Hu Chao)

Senator AS Rick Scott baru-baru ini melontarkan pernyataan yang menyebutkan bahwa bawang putih China menimbulkan “ancaman besar” terhadap ketahanan pangan AS dan mendesak untuk dilakukannya penyelidikan sesuai Pasal 301.

 

Beijing, China (Xinhua/Indonesia Window) – Juru bicara (jubir) Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) China pada Jumat (13/12) mengkritik klaim Amerika Serikat (AS) yang menyebut bawang putih China sebagai “ancaman besar” bagi ketahanan pangan AS, sebuah klaim yang menjadi bahan tertawaan warganet China.

Menurut sejumlah laporan, Senator AS Rick Scott baru-baru ini melontarkan pernyataan yang menyebutkan bahwa bawang putih China menimbulkan “ancaman besar” terhadap ketahanan pangan AS dan mendesak untuk dilakukannya penyelidikan sesuai Pasal 301. Dewan Perwakilan Rakyat di Kongres AS telah meninjau dan mengesahkan “Undang-Undang Otorisasi Pertahanan Nasional untuk Tahun Fiskal 2025”. Undang-undang itu juga mencakup ketentuan yang melarang toko-toko militer AS menjual bawang putih China.

“Diyakini bahwa bawang putih mungkin tidak pernah terbayangkan bisa menjadi ancaman besar bagi AS,” kata Jubir Kemenlu China Mao Ning dalam konferensi pers saat menanggapi sebuah pertanyaan relevan.

Mao mengatakan bahwa ada tren yang sedang berkembang di AS yang melabeli produk-produk asal China, mulai dari drone, derek, hingga lemari es dan bawang putih, sebagai “risiko keamanan nasional”, sementara tidak ada satu pun alasan yang dikemukakan oleh politisi-politisi AS dapat diterima jika dikaji secara cermat.

Banner

Mao menuturkan bahwa tindakan tersebut jelas-jelas hanyalah dalih bagi AS untuk menjalankan proteksionisme, menyalahgunakan kekuasaan negara untuk menekan dan mengekang pembangunan China, serta mendorong upaya “pemisahan diri” (decoupling) serta gangguan pada rantai industri dan pasokan.

“Melebih-lebihkan konsep keamanan nasional serta memolitisasi dan mempersenjatai isu ekonomi, perdagangan, dan teknologi hanya akan memperburuk risiko keamanan rantai produksi dan pasokan global, dan pada akhirnya merugikan masyarakat,” kata Mao.

Mao mendesak politisi-politisi AS agar menunjukkan lebih banyak rasionalitas dan akal sehat agar tidak menjadi bahan tertawaan.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan