Taklimakan mencakup area seluas 337.600 km persegi dan panjang kelilingnya mencapai 3.046 km, menjadikannya gurun terluas di China dan gurun pasir bergerak terluas kedua di dunia.
Urumqi, Daerah Otonom Uighur Xinjiang (Xinhua/Indonesia Window) – Gurun Taklimakan, yang dikenal sebagai “Lautan Kematian”, telah sepenuhnya dikelilingi oleh sabuk hijau penghalang pasir yang membentang sepanjang 3.046 km, kata pemerintah setempat di Daerah Otonom Uighur Xinjiang, China barat laut.
Pada Kamis (28/11) pagi waktu setempat, beberapa spesies tanaman, termasuk Populus euphratica (lebih dikenal sebagai pohon “poplar gurun”), pohon sacsaoul, dan pohon willow merah, ditanam di lahan berpasir di wilayah Yutian di tepi selatan gurun itu, menandai selesainya bentangan terakhir sabuk hijau tersebut, menurut biro kehutanan dan padang rumput regional Xinjiang.
Taklimakan mencakup area seluas 337.600 km persegi dan panjang kelilingnya mencapai 3.046 km, menjadikannya gurun terluas di China dan gurun pasir bergerak terluas kedua di dunia.
Butuh waktu lebih dari 40 tahun untuk menutup gurun itu sepenuhnya dengan sabuk hijau. Pada akhir 2023, sabuk hijau sepanjang 2.761 km telah menghubungkan oasis-oasis yang tersebar, dan hanya menyisakan bagian terakhir yang paling menantang.
Bentangan terakhir ini, dengan panjang sekitar 285 km, membentang di bagian selatan gurun tersebut dan menghadapi bahaya angin dan pasir yang ekstrem. Sejak tahun ini, Xinjiang telah mengambil langkah-langkah tertarget dan ilmiah guna menutup bentangan ini.
Selain sabuk hijau, berbagai upaya telah dilakukan untuk mendorong pengembangan industri pasir, seperti penanaman cistanche dan tanaman lainnya, untuk memberi manfaat bagi penduduk setempat.
Tuhti Rahman, direktur biro kehutanan dan padang rumput regional Xinjiang, mengatakan bahwa sabuk tersebut berfungsi sebagai penghalang ekologis dan akan menjamin stabilitas produksi pertanian, meningkatkan lingkungan hidup perkotaan, serta mendorong pembangunan ekonomi dan sosial Xinjiang.
Xinjiang akan memperkuat lebih lanjut sabuk hijau ini, imbuh Tuhti Rahman.
Proyek pengendalian Gurun Taklimakan merupakan bagian dari Program Hutan Penahan Angin Tiga Utara (Three-North Shelterbelt Forest Program/TSFP) di China, sebuah program penghijauan terbesar di dunia untuk mengatasi penggurunan.
TSFP diluncurkan pada 1978 dan dijadwalkan rampung pada 2050.
Pada Juni 2023, China mengusulkan agar TSFP diubah menjadi ‘Tembok Besar hijau’ yang berfungsi penuh dan tidak dapat dijebol, serta menjadi penghalang keamanan ekologis di China bagian utara.
Sejak 1978, China telah memperluas area penghijauan seluas 32 juta hektare di bawah TSFP. Area penghijauan di bawah program itu diproyeksikan mencakup lebih dari 4 juta km persegi di 13 daerah setingkat provinsi pada 2050, yang merupakan 42,4 persen dari total luas daratan negara itu.
Selama 46 tahun terakhir, tingkat tutupan hutan di area yang mencakup TSFP telah meningkat dari 5,05 persen menjadi 13,84 persen. Kemajuan telah dicapai dalam pengendalian penggurunan dan erosi tanah, sementara sekitar 30 juta hektare lahan pertanian telah terlindungi.
Laporan: Redaksi