Jakarta (Indonesia Window) – Jamu Indonesia berhasil menembus pasar Arab Saudi ditandai dengan ekspor perdana rempah-rempah yang merupakan produk PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul.
“Selalu ada peluang di tengah kesulitan. Salah satunya, peluang ekspor produk rempah-rempah Indonesia. Peluang inilah yang harus terus dimanfaatkan oleh para pelaku usaha untuk meningkatkan kinerja perdagangan Indonesia di masa pandemik COVID-19,” ujar Menteri Perdagangan Agus Suparmanto dalam pernyataan yang diterima di Jakartam Selasa.
Pelepasan peti kemas (kontainer) pertama pada ekspor perdana PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul ke Arab Saudi berlangsung secara virtual pada Senin (10/8).
Pada kesempatan tersebut, Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Kasan dalam sambutannya mengatakan produk jamu Indonesia terus berkembang dan semakin diakui dunia internasional.
Kementerian Perdagangan optimististis keberhasilan ini dapat menjadi pendorong industri biofarmaka serta makanan dan minuman (mamin) untuk terus berupaya menembus pasar global di tengah pandemik.
Menurut Kasan, ekspor perdana itu merupakan tindak lanjut dari penandatanganan kerja sama sama antara PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul, dan mitranya dari Arab Saudi, Mizanain.
Kesepakatan tersebut dicapai pada perhelatan Trade Expo Indonesia pada Oktober 2019.
“Kami bangga dengan pencapaian hari ini. Kementerian Perdagangan turut memfasilitasi kegiatan ekspor ini. Mulai dari penandatanganan kerja sama yang dilaksanakan di Trade Expo Indonesia 2019 hingga pelepasan kontainer perdana hari ini,” ujar Kasan.
Dia sangat mengapresiasi ekspor itu, mengingat Arab Saudi telah menerapkan kebijakan peningkatan tarif bea masuk atas 500 jenis produk untuk meningkatkan penerimaan negara sebagai respons selama pandemik.
Kebijakan tersebut dinilai dapat memberikan dampak langsung dan tidak langsung terhadap perdagangan Indonesia ke Arab Saudi.
Sementara itu, produk yang tidak terkena dampak langsung di antaranya adalah sektor biofarmaka dan mamin.
Kasan mengatakan pandemik telah berdampak pada seluruh aspek perdagangan, baik dari sisi pasokan maupun permintaan.
Karenanya, Kementerian Perdagangan bekerja sama dengan berbagai pihak di dalam dan di luar negeri dalam mendorong kinerja ekspor nasional agar terus meningkat.
Beberapa langkah yang dilakukan oleh Kementerian Perdagangan adalah dengan menyederhanakan atau mengurangi larangan dan pembatasan, serta percepatan proses ekspor melalui National Logistics Ecosystem.
Kementerian juga melakukan penyederhanaan dan percepatan pelayanan penerbitan surat keterangan asal (SKA) barang ekspor melalui penerapan affixed signature and stamp.
Pelayanan affixed signature and stamp memungkinkan tanda tangan dan stempel perusahaan atau lembaga diaplikasikan secara elektronik pada SKA.
Kementerian Perdagangan juga mengusulkan agar Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) dapat memberikan stimulus berupa trade financing bagi pengekspor yang terdampak pandemik dan mengalami kesulitan keuangan, serta melaksanakan program-program kerja guna mendorong peningkatan ekspor non migas nasional.
Data Kementerian Perdagangan menunjukkan pada semester pertama 2020, ekspor produk biofarmaka Indonesia mencapai 4,2 juta dolar AS (sekitar 61.9 miliar rupiah) atau naik 32,8 persen dibandingkan periode yang sama di tahun 2019 sebesar 3,17 juta dolar AS (sekitar 46,7 miliar rupiaha).
Pertumbuhan cukup signifikan tersebut merupakan hal yang menggembirakan di tengah penurunan daya beli masyarakat dunia.
Sementara itu, pada Januari – Juni 2020, ekspor Indonesia mencapai 76,4 miliar dolar AS (sekira 1.127 triliun rupiah), sedangkan impor tercatat sebesar 70,9 miliar dolar AS (sekira 1.046 triliun rupiah).
Pada Juni 2020, kinerja ekspor non migas Indonesia mulai bergerak positif dengan kenaikan 15,73 persen dibanding bulan sebelumnya.
Di sisi lain, impor bahan baku pada periode tersebut juga naik sebesar 24,01 persen dibanding bulan sebelumnya.
Laporan: Redaksi