Banner

Perangi pemanasan global, China luncurkan satelit pelacak metana

Roket pengangkut CERES-1 Y7 yang membawa tujuh satelit, termasuk satelit Xiguang-1 01, lepas landas dari Pusat Peluncuran Satelit Jiuquan di China barat laut pada 10 Agustus 2023. (Xinhua/Wang Jiangbo)

Satelit XIGUANG-004 yang baru ini mampu mendeteksi kebocoran metana pada sumber-sumber tertentu dan mengevaluasi tingkat kebocoran tersebut dalam resolusi spasial yang tinggi, sehingga mengisi kekosongan pada teknologi yang ada saat ini.

 

Beijing, China (Xinhua/Indonesia Window) – Jadwal peluncuran wahana antariksa yang intens China pada 2024 akan mencakup peluncuran satelit pelacak metana, yaitu satelit komersial yang dirancang untuk memantau emisi metana di seluruh dunia.

Berkode XIGUANG-004, satelit berbobot 75 kg ini akan membawa beberapa muatan, termasuk detektor konsentrasi metana dan kamera pencitraan. Muatan-muatan ini mampu mengidentifikasi sumber-sumber emisi metana di tambang batu bara, tempat pembuangan akhir sampah, serta ladang minyak dan gas.

Para ilmuwan mengatakan bahwa penting untuk memantau emisi metana karena gas yang tidak berwarna dan tidak berbau ini merupakan kontributor terbesar kedua terhadap pemanasan iklim, setelah karbon dioksida.

“Durasi metana di atmosfer lebih pendek dibandingkan dengan karbon dioksida, sehingga lebih mendesak untuk mengurangi emisinya,” ujar Liu Yi, direktur Pusat Penelitian Netralitas Karbon di bawah naungan Akademi Ilmu Pengetahuan China (Chinese Academy of Sciences/CAS).

Menurut Liu, metode ilmiah dan teknologi dapat membantu mengurangi emisi metana dalam jangka pendek, dengan memfasilitasi pemanfaatan metana yang terbuang percuma yang dihasilkan selama penambangan batu bara dan minyak. Meningkatkan jumlah satelit pemantau metana juga sangat penting guna mengurangi emisi.

“Salah satu tantangan utama yang kami hadapi adalah bahwa satelit-satelit yang ada saat ini tidak dapat memberikan cakupan global yang memadai, sehingga mengakibatkan minimnya data,” kata Liu dalam sebuah wawancara dengan awak media.

Saat ini, standar internasional untuk emisi metana sedang terus dikembangkan. Dengan jumlah satelit yang memadai, upaya yang efektif untuk memantau emisi metana perusahaan di seluruh dunia dapat dimungkinkan.

“Jika sebuah perusahaan melebihi standar emisi yang ditetapkan, perusahaan tersebut akan diminta untuk memberikan kompensasi ekonomi karena gagal mematuhi standar tersebut,” kata Liu, menjelaskan peran satelit tersebut dalam mengurangi emisi metana.

Satelit XIGUANG-004
Foto yang diabadikan pada 25 Juni 2022 ini menunjukkan para pekerja sedang memeriksa peralatan di fasilitas produksi basis penambangan metana batu bara di wilayah Qinshui, Provinsi Shanxi, China utara. (Xinhua/Wang Feihang)

China menetapkan tujuan untuk mencapai puncak emisi karbonnya sebelum 2030 dan mencapai netralitas karbon sebelum 2060. Hal ini diperkuat dengan pendekatan komprehensif terhadap pembangunan ramah lingkungan dan rendah karbon, dan peluncuran satelit baru ini merupakan bagian dari upaya itu.

Satelit ini dikembangkan oleh Xiopm Space, perusahaan produsen satelit komersial di Xi’an, ibu kota Provinsi Shaanxi, China barat laut. Perusahaan ini meluncurkan satelit ke luar angkasa pada Agustus 2023, dan bertujuan untuk mengembangkan konstelasi 108 satelit hiperspektral pada 2030.

Qin Xiaobao, wakil direktur yang bertanggung jawab atas aplikasi data perusahaan tersebut, mengatakan bahwa teknologi yang ada saat ini tidak dapat secara efisien dan akurat memantau sumber emisi buatan manusia berskala kecil, yang juga dikenal sebagai sumber titik (point source). Di China, sumber-sumber utama emisi gas metana antara lain tambang batu bara, tempat pembuangan akhir sampah, area persawahan dan peternakan.

Satelit XIGUANG-004 yang baru ini mampu mendeteksi kebocoran metana pada sumber-sumber tertentu dan mengevaluasi tingkat kebocoran tersebut dalam resolusi spasial yang tinggi, sehingga mengisi kekosongan pada teknologi yang ada saat ini, kata Qin.

“Dengan bantuan satelit ini, kami dapat secara efektif memantau dan melacak point source emisi gas metana di seluruh dunia,” tambah Qin.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan