Intelektual Indonesia di Australia bahas tantangan dan peluang menyongsong Visi 2045

Anak-anak berpartisipasi dalam sebuah pertunjukan menyanyi dan bercerita yang digelar untuk menyambut Hari Anak Nasional di taman bermain Kandank Jurank di Tangerang Selatan, Provinsi Banten, pada 21 Juli 2024. Di Indonesia, Hari Anak Nasional diperingati setiap tanggal 23 Juli. (Xinhua/Agung Kuncahya B.)

Indonesian Student Association of Griffith University (ISAGU) baru-baru ini menyelenggarakan ‘Indonesian Student Assembly 2024’ dengan tema ‘Nusantara Baru, Indonesia Maju?’

 

Bogor, Jawa Barat (Indonesia Window) – Sejumlah kaum intelektual Indonesia yang tergabung dalam Perhimpunan Pelajar Indonesia Australia Queensland (PPIAQ) dan Indonesian Student Association of Griffith University (ISAGU) baru-baru ini menyelenggarakan ‘Indonesian Student Assembly 2024’ dengan tema ‘Nusantara Baru, Indonesia Maju?’

Forum yang digelar pada 5 Oktober di Griffith University South Bank Campus, Brisbane, Australia tersebut, menyajikan dialog akademis yang bertujuan untuk mengidentifikasi peluang dan tantangan, serta merumuskan rekomendasi kebijakan terkait transisi pemerintahan yang akan berlangsung di Indonesia, menurut siaran pers yang diterima di Indonesia Window di Bogor, Selasa.

Dalam acara tersebut, sejumlah mahasiswa dan akademisi Indonesia membahas isu-isu penting terkait tantangan dan peluang Indonesia dalam menyongsong Indonesia Emas 2045.

Indonesian Student Assembly (ISA) 2024 diawali dengan sesi talk show yang menghadirkan tiga narasumber, yakni dosen Global Health, Griffith University, Febi Dwirahmandi, Ph.D. yang membahas bidang Pendidikan dan Pengembangan SDM; dosen Departemen Business Strategy and Innovation, Griffith University, Gunaro Setiawan, Ph.D. yang membahas untuk bidang Politik, Hukum, dan HAM; serta Queensland Government Department of Child Safety, Seniors and Disability Services, Ardi Sugiyarto, MIDE untuk bidang Sosial dan Ekonomi.

Sesi talk show ini dimoderatori oleh Bagus Ismujati, MAAPD dari School of Government and International Relations, Griffith University.

Dalam paparannya, Ardi Sugiyarto membahas kompleksitas persoalan sosial dan ekonomi yang dihadapi Indonesia.

Menurutnya, kondisi ekonomi global yang tidak stabil dan gejolak politik regional dapat memengaruhi perekonomian nasional.

“Indonesia menghadapi risiko terjebak dalam middle-income trap sebagai tantangan jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi kita masih jauh dari negara maju, ditambah dengan tantangan rasio ketergantungan setelah periode bonus demografi, yang menyulitkan Indonesia keluar dari jebakan ini,” urainya.

Ardi menekankan pentingnya kebijakan komprehensif yang mengatasi masalah jangka pendek sekaligus mengantisipasi peluang dan tantangan jangka panjang yang dihadapi oleh Indonesia. Dalam hal ini, dia menyoroti perlunya penguatan inovasi dan penerapan teknologi, termasuk kecerdasan buatan, guna mendorong pertumbuhan ekonomi.

Sementara itu, Febi Dwirahmadi menekankan pentingnya mengatasi masalah dasar kesehatan masyarakat sebagai fondasi menuju Indonesia Emas 2045, dengan empat pilar, yakni SDM yang unggul, ekonomi berkelanjutan, politik yang baik, dan tata kelola pemerintahan yang baik.

Dia juga menekankan perlunya mengubah pandangan, dari yang melihat pendidikan sebagai beban biaya menjadi investasi.

“Solusi teknis tidak akan menyelesaikan masalah politik. Kita memerlukan kemauan dan kemampuan politik. Apa yang tertulis di atas kertas harus sejalan dengan proyek yang dijalankan,” tegasnya.

Dalam menghadapi tantangan global di tingkat nasional, Gunaro Setiawan menyoroti pentingnya membangun institusi politik yang kuat, serta mengatasi krisis etika politik dan empati dalam pemberantasan korupsi.

Dia menekankan bahwa pendekatan kebijakan harus menyasar perubahan budaya dan pola pikir.

“Pendekatan kebijakan berbeda di setiap negara. Memberantas korupsi di negara Barat tentu lebih mudah dibandingkan di Indonesia, di mana suap telah dinormalisasi dalam kehidupan sehari-hari,” tuturnya.

Selanjutnya, dalam sesi Focus Group Discussion (FGD), 36 peserta ISA 2024 yang terdiri atas mahasiswa dan akademisi Indonesia di Queensland, Australia, dibagi menjadi tiga kelompok untuk mendiskusikan peluang dan tantangan yang akan dihadapi Indonesia di masa mendatang.

FGD tersebut menghasilkan rekomendasi kebijakan bagi pemerintahan Indonesia yang akan datang, yang mencakup masalah-masalah seperti infrastruktur maritim yang minim, birokrasi distribusi subsidi yang rumit, serta perencanaan dan implementasi program food estate yang belum optimal.

Rekomendasi kebijakan di bidang ekonomi meliputi peningkatan infrastruktur laut, pertanian, dan manajemen penyimpanan makanan segar, serta penguatan distribusi subsidi yang lebih tepat sasaran.

Di bidang Pendidikan dan Pengembangan SDM, peserta ISA 2024 merekomendasikan peningkatan keterlibatan masyarakat lokal sebagai edukator, partisipasi publik dalam penyusunan Peta Jalan pendidikan, serta human development plan untuk penerima beasiswa. Perbaikan infrastruktur pendidikan juga menjadi rekomendasi utama.

Rekomendasi tersebut disusun untuk mengatasi isu tentang kurikulum yang belum kontekstual, ketimpangan partisipasi dan infrastruktur pendidikan, serta krisis moral di dunia pendidikan.

Dalam bidang Politik, Hukum, dan HAM, masalahnya minimnya partisipasi publik dalam perumusan kebijakan serta krisis etika politik menjadi perhatian utama.

Peserta ISA 2024 mendorong kepemimpinan politik yang berlandaskan pada prinsip moral, pelibatan seluruh pemangku kepentingan dalam pengambilan keputusan, serta penguatan akuntabilitas dan transparansi publik melalui pelaporan yang jelas.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan