Banner

Tim peneliti ungkap pola perlambatan rotasi Bumi selama jutaan tahun

Foto inframerah jauh yang diabadikan oleh kamera satelit Tiandu-2 pada 8 April 2024 ini menunjukkan Bulan (kiri) dan Bumi. (Xinhua/Administrasi Luar Angkasa Nasional China)

Jarak Bumi-Bulan bertambah sekitar 20.000 km antara 650 juta hingga 280 juta tahun yang lalu, dan durasi satu hari bertambah sekitar 2,2 jam.

 

Beijing, China (Xinhua/Indonesia Window) – Tim peneliti China, yang bekerja sama dengan peneliti dari Prancis, Jerman, dan Irlandia, menemukan bahwa antara 650 juta hingga 280 juta tahun yang lalu, jarak Bumi-Bulan bertambah sekitar 20.000 km, dan durasi satu hari bertambah sekitar 2,2 jam, demikian menurut laporan Science and Technology Daily pada Selasa (13/8).

Rotasi Bumi melambat seiring berjalannya waktu akibat disipasi pasang surut, tetapi laju perlambatan ini belum ditetapkan secara konsisten, ungkap sebuah artikel dari penelitian terkait yang diterbitkan dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS).

Para peneliti menganalisis delapan kumpulan data geologis untuk merekonstruksi sejarah rotasi Bumi dari 650 juta hingga 240 juta tahun yang lalu. Temuan-temuan tersebut membuat mereka dapat menguji model-model pasang surut fisik dan mengidentifikasi pola tangga (staircase pattern) dalam perlambatan rotasi Bumi antara 650 juta hingga 280 juta tahun yang lalu.

Secara khusus, terdapat dua periode dengan perlambatan rotasi Bumi yang tinggi, yakni dari 650 juta hingga 500 juta tahun yang lalu dan dari 350 juta hingga 280 juta tahun yang lalu. Kedua periode tersebut dipisahkan oleh interval perlambatan terhenti (interval of stalled deceleration) dari 500 juta hingga 350 juta tahun yang lalu.

Banner

Menurut artikel itu, kedua periode tersebut kira-kira bertepatan dengan ledakan Kambrium dan peristiwa kepunahan massal terbesar dalam sejarah Bumi. Artikel itu juga menambahkan bahwa kedua periode tersebut kemungkinan telah menciptakan kondisi yang diperlukan bagi evolusi ekosistem laut awal.

Pemodelan menunjukkan bahwa disipasi pasang surut menjadi pendorong utama bagi perlambatan rotasi Bumi, kecuali untuk fenomena baru-baru ini, papar artikel penelitian tersebut.

Penelitian ini memiliki signifikansi teoretis penting untuk mengeksplorasi iklim, lingkungan, dan evolusi biologis dari perlambatan rotasi Bumi, tutur Ma Chao, seorang profesor di Universitas Teknologi Chengdu.

Tim peneliti selanjutnya akan mempelajari keterkaitan internal antara perubahan rotasi Bumi dengan fenomena alam, seperti medan magnet Bumi, peristiwa pasang surut, dan perubahan iklim, guna membangun model evolusi sistem Bumi yang lebih komprehensif dan akurat, kata Ma.

Laporan: Redaksi

Banner

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan