Banner

Kisah para insinyur muda yang jadi tulang punggung pembangunan jembatan tertinggi di dunia

Foto yang diabadikan pada 26 Maret 2024 ini menunjukkan lokasi pembangunan Jembatan Ngarai Besar Huajiang di Provinsi Guizhou, China barat daya. (Xinhua/Yang Wenbin)

Jembatan Ngarai Besar Huajiang memangkas waktu yang dibutuhkan untuk menyeberangi ngarai itu, dari sekitar 70 menit menjadi hanya sekitar satu menit menggunakan mobil.

 

Guiyang, China (Xinhua) – Wang Songyu memanjat ke atas catwalk setidaknya sekali sehari untuk memeriksa kondisi penopang kabel, sebuah prosedur penting dalam pembangunan jembatan gantung.

Dulu, dia berjalan di catwalk itu dengan takut-takut dan teramat berhati-hati, namun kini dirinya sudah terbiasa dengan ketinggian yang setara sekitar dua kali lipat ketinggian Menara Eiffel itu. Bahkan, Wang kini mampu melangkah lebar-lebar.

Dengan ketinggian yang dirancang mencapai 625 meter antara dek jembatan dan permukaan Sungai Beipanjiang di bawahnya, Jembatan Ngarai Besar Huajiang memiliki panjang 2.890 meter dan dibangun di Provinsi Guizhou, China barat daya. Jembatan itu akan menjadi jembatan tertinggi di dunia setelah rampung dibangun pada 2025 nanti.

Wang (31) bertugas sebagai wakil manajer proyek dari Guizhou Bridge Construction Group, yang saat ini menangani proyek pembangunan struktur bagian atas jembatan gantung gelagar baja tersebut.

Jembatan Ngarai Besar Huajiang
Orang-orang bekerja di lokasi pembangunan Jembatan Ngarai Besar Huajiang di Provinsi Guizhou, China barat daya, pada 27 Maret 2024. (Xinhua/Yang Wenbin)

Sejak proyek ini dimulai pada 2022, banyak insinyur dan pekerja bergabung dalam proses pembangunan di daerah pedalaman itu, termasuk kaum muda seperti Wang.

Ini pertama kalinya bagi Wang untuk berpartisipasi dalam pembangunan jembatan gantung gelagar baja, sekaligus pengalaman pertamanya untuk beralih dari teknisi menjadi manajer.

Dalam mengemban tugas ini, Wang terlebih dahulu mempelajari teknik-teknik yang diperlukan, mengunjungi tipe jembatan serupa di seluruh Provinsi Guizhou untuk mempelajari berbagai pengalaman dalam proses pembuatannya. Dia juga kerap kali mengunjungi lokasi konstruksi demi memastikan keamanan dan kualitas jembatan. Kulit Wang yang berubah menjadi kecokelatan membuatnya terlihat lebih tua dari usianya.

Walaupun menghadapi kondisi kerja yang keras, Wang tetap bersemangat dan bertekad mencintai apa yang dia kerjakan.

Dia mengatakan bahwa proyek-proyek yang dia kerjakan selalu berlokasi di daerah pegunungan terpencil dan minim infrastruktur. Dia tersentuh oleh antusiasme dan ketulusan masyarakat setempat, yang menyuguhkan teh, memandunya saat berjalan di semak belukar, serta mengundangnya makan di rumah mereka.

“Sebuah kehormatan besar bagi saya untuk dapat berkontribusi dalam pembangunan jalan dan jembatan bagi kepentingan banyak orang,” ujar Wang, seraya menambahkan bahwa dirinya memiliki kepuasan besar saat jalan atau jembatan yang dibangunnya dibuka untuk lalu lintas umum.

Setelah Jembatan Ngarai Besar Huajiang resmi dibuka, waktu yang dibutuhkan untuk menyeberangi ngarai itu akan terpangkas dari sekitar 70 menit menjadi hanya sekitar satu menit menggunakan mobil.

Foto yang diabadikan dengan kamera ponsel ini memperlihatkan orang-orang yang sedang bekerja di lokasi pembangunan Jembatan Ngarai Besar Huajiang di Provinsi Guizhou, China barat daya, pada 27 Maret 2024. (Xinhua/Yang Wenbin)

Liu Hao, kepala insinyur proyek pembangunan jembatan itu, mengungkapkan bahwa dari 45 insinyur yang bekerja untuk Guizhou Bridge Construction Group di proyek tersebut, 32 di antaranya berusia di bawah 35 tahun.

“Penuh rasa ingin tahu dan bersemangat, kaum muda biasanya lebih mudah menerima hal-hal baru tanpa terpengaruh oleh pengalaman. Mereka juga memiliki kemampuan yang kuat untuk belajar,” kata Liu.

Ouyang Song (29) pulang untuk bekerja di kampung halamannya di Guizhou setelah lulus dari Universitas Tongji Shanghai pada usia 22 tahun dan kini bertanggung jawab mengepalai bagian teknik di proyek tersebut.

Dia menuturkan bahwa sebagian besar anggota timnya lahir setelah tahun 1990. Mereka bekerja sama dengan sangat baik dan mendiskusikan serta memecahkan berbagai masalah bersama.

Dengan 92,5 persen wilayahnya mencakup pegunungan dan perbukitan, Guizhou telah membangun hampir 30.000 jembatan sejak akhir 1970-an dan kini menjadi lokasi hampir setengah dari 100 jembatan tertinggi di dunia.

Pada Januari 2024, tim insinyur yang membangun jembatan-jembatan di Guizhou dianugerahi Penghargaan Insinyur Nasional atau National Engineer Award atas kontribusi mereka yang luar biasa dalam teknologi rekayasa (engineering technology).

“Guizhou memiliki banyak jembatan, yang memberi saya peluang sekaligus tantangan,” tutur Ouyang.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan