Banner

Studi: Pembakaran terkendali justru memperparah kebakaran hutan di Australia

Foto yang diabadikan pada 24 Oktober 2023 ini menunjukkan beberapa ekor kanguru di Canberra, Australia. (Xinhua/Zhang Jianhua)

Program pembakaran terkendali (prescribed burning) yang bertujuan untuk mengurangi dampak kebakaran hutan di Australia justru menjadikan hutan lebih mudah terbakar.

 

Canberra, Australia (Xinhua) – Program pembakaran terkendali (prescribed burning) yang bertujuan untuk mengurangi dampak kebakaran hutan di Australia justru menjadikan hutan lebih mudah terbakar, demikian temuan sebuah penelitian.

Dalam sebuah studi yang dipublikasikan pada Senin (22/1), tim peneliti dari Universitas Nasional Australia (ANU) dan Universitas Curtin menyerukan agar strategi pencegahan kebakaran hutan di Australia dikaji kembali.

Tim peneliti itu, yang dipimpin oleh David Lindenmayer dari Fenner School of Environment and Society ANU, mengkaji analisis-analisis yang ada perihal kebakaran hutan di Australia, Brasil, Amerika Serikat, dan Spanyol. Tim tersebut menyimpulkan bahwa hutan yang telah dijarangkan, ditebang, atau dibakar sebelumnya memiliki risiko yang lebih besar terkena kebakaran hutan dengan tingkat keparahan yang tinggi.

Mereka menemukan bahwa penebangan dan pembakaran untuk mengurangi bahaya, praktik yang lazim dilakukan di seantero Australia di luar musim kebakaran untuk mengurangi bahan-bahan yang mudah terbakar, berpotensi menciptakan lingkungan yang lebih mudah terbakar karena membunuh tumbuhan yang terlalu tinggi untuk terkena api.

Banner

Saat tanaman-tanaman itu tumbuh kembali dari tanah, hal itu justru menambah bahan yang mudah terbakar dalam kebakaran hutan.

Program pembakaran terkendali
Foto yang diabadikan pada 18 September 2023 ini menunjukkan hamparan bunga kanola yang bermekaran di pinggiran Canberra, Australia. (Xinhua/Chu Chen)

“Kita telah lama memahami bahwa penebangan dapat memperburuk kebakaran hutan, namun baru dalam beberapa tahun terakhir ini bukti-bukti menunjukkan bahwa pembakaran terkendali dapat menyebabkan hal serupa,” ujar Lindenmayer dalam sebuah rilis media.

“Kita perlu memikirkan pengelolaan kehutanan dan kebakaran hutan dengan cara yang lebih holistik dan berupaya membatasi tindakan-tindakan yang dapat meningkatkan risiko kebakaran.”

Alih-alih pembakaran untuk mengurangi bahaya, Lindenmayer mengatakan bahwa pihak berwenang perlu berinvestasi pada spesialis pemadam kebakaran respons cepat dan memanfaatkan teknologi drone serta kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) untuk mendeteksi dan memadamkan api dengan lebih cepat.

Laporan: Redaksi

Banner

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan