Banner

Studi sebut vaksin COVID-19 bukan penyebab kematian mendadak di India

Penduduk desa menggunakan perahu untuk menyeberangi daerah yang terendam banjir di Distrik Morigaon di Negara Bagian Assam, India timur laut, pada 30 Agustus 2023. (Xinhua/Str)

Kematian mendadak di India, di antara penyebabnya yakni riwayat infeksi COVID-19 yang parah, konsumsi minuman keras yang berlebihan, penggunaan obat-obatan terlarang, dan penggunaan zat-zat terlarang yang menyebabkan kematian dalam waktu 48 jam.

 

New Delhi, India (Xinhua) – Lembaga penelitian kesehatan utama India, Indian Council of Medical Research (ICMR), pada Selasa (21/11) mengatakan bahwa sebuah studi komprehensif menunjukkan bahwa vaksinasi COVID-19 bukan penyebab kematian mendadak yang tidak dapat dijelaskan di kalangan orang dewasa muda di negara tersebut.

Investigasi berjudul ‘Faktor-faktor yang terkait dengan kematian mendadak yang tidak dapat dijelaskan di antara orang dewasa berusia 18-45 tahun di India, studi kasus-kontrol multisentris yang cocok’ (Factors associated with unexplained sudden deaths among adults aged 18-45 years in India, a multicentric matched case-control study) tersebut dilakukan antara Oktober 2021 hingga Maret 2023.

Kematian mendadak di India
Seorang sukarelawan membersihkan kolam suci Kuil Emas saat awan pramonsun terlihat di langit Distrik Amritsar di Negara Bagian Punjab, India utara, pada 14 Juni 2023. (Xinhua/Str)

Hal ini merujuk pada faktor-faktor tertentu yang dapat meningkatkan risiko kematian yang tiba-tiba. Di antara penyebabnya yakni riwayat infeksi COVID-19 yang parah, konsumsi minuman keras yang berlebihan, penggunaan obat-obatan terlarang, dan penggunaan zat-zat terlarang yang menyebabkan kematian dalam waktu 48 jam.

“Vaksinasi COVID-19 tidak meningkatkan risiko sudden death yang tidak dapat dijelaskan di antara orang dewasa muda di India. Rawat inap COVID-19 sebelumnya, riwayat keluarga yang mengalami kematian tiba-tiba, dan perilaku gaya hidup tertentu meningkatkan kemungkinan kematian mendadak yang tidak dapat dijelaskan,” demikian kesimpulan studi tersebut.

Banner

Menurut studi tersebut, sebanyak 729 kasus dan 2.916 variabel kontrol diikutsertakan dalam analisis itu.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan