Jakarta (Indonesia Window) – Lebih dari 80 persen pasien COVID-19 berada dalam kategori 1 dan 2 tanpa gejala ringan, kata Direktur Jenderal Kesehatan Malaysia Dr. Noor Hisham Abdullah.
“Jika kita bisa melacak pasien lebih awal dan menentukannya positif, pasien akan dirawat untuk pemantauan,” tuturnya dalam laporan yang dikutip dari Kantor Berita BERNAMA.
“Lebih dari 80 persen pasien kami berada dalam kategori 1 dan 2 yang berarti kami bisa memantau mereka di rumah sakit sementara di beberapa negara, mereka tidak akan dirawat di rumah sakit dan hanya dipantau di rumah,” katanya di konferensi pers harian COVID-19.
Dr. Noor Hisham menjelaskan mengenai pengembangan pengobatan COVID-19 dan pentingnya untuk mengidentifikasi pasien sejak dini.
Dia mengatakan ada lima kategori dalam pendeteksian COVID-19, yakni mereka yang tidak memiliki gejala, gejala ringan, pneumonia tidak memerlukan terapi oksigen, pneumonia membutuhkan terapi oksigen, dan kasus-kasus yang membutuhkan ventilator.
Dia mengatakan obat yang digunakan untuk pasien dengan gejala ringan adalah hydroxychloroquine sejak hari pertama.
“Tetapi kita harus memantau efek sampingnya. Mungkin dalam hal perawatan, pengobatan kita pada tahap awal dapat mencegah gejala menjadi lebih buruk.”
“Jadi kami menyarankan mereka yang memiliki gejala atau terbukti positif untuk dirawat di rumah sakit guna dilakukan pemantauan. Tetapi jika mereka datang terlambat mungkin ada komplikasi dari paru-paru, organ dalam dan juga pendarahan,” katanya.
Dr. Noor Hisham mengambil contoh seorang Myanmar berusia 36 tahun di daerah Pasar Grosir Kuala Lumpur meninggal karena penyakit tersebut sebab datang terlambat.
“Kami tidak bisa melakukan apa-apa dan meskipun memberinya bantuan pernapasan, pasien itu meninggal. Akan sulit bagi kita jika pasien datang terlambat.”
“Kami melihat post-mortem dan menemukan berbagai komplikasi dari infeksi, serta peradangan,” terangnyanya.
Dr. Noor Hisham mengatakan post-mortem juga mengidentifikasi virus COVID-19 pada kulit, cairan tubuh, urin, dan organ-organ internal pasien.
“Jika kita tidak berhati-hati dalam mengelola tubuh, kita mungkin terinfeksi saat mempersiapkan jasad untuk penguburan,” katanya.
Laporan: Redaksi