Jakarta (Indonesia Window) – Pemerintah Kerajaan Arab Saudi tengah menyiapkan teknologi bernama Smart Makkah guna melayani para jamaah haji dari seluruh dunia selama menjalankan ibadah di Tanah Suci, kata Direktur Jenderal pada Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi Marwan Al-Sulaimani.
Laporan dari Arab News yang dikutip di Jakarta, Rabu menyebutkan bahwa teknologi tersebut akan membantu melancarkan perjalanan para jamaah mulai saat tiba di kerajaan hingga melaksanakan wukuf di Arafah.
Smart Makkah dikenalkan pada hari pembukaan KTT dan Pameran Kota Cerdas Saudi.
Forum dua hari itu menyoroti peran teknologi berkelanjutan dalam Smart Makkah yang merupakan rencana ambisius untuk memasukkan teknologi canggih di banyak kota besar di negara itu.
Lebih dari 1,8 miliar Muslim di seluruh dunia bermimpi melaksanakan haji dan umrah, kata Al-Sulaimani, seraya menambahkan, “Kementerian melihat pengalaman haji dan umrah sebagai gambaran holistik karena ini adalah perjalanan emosional dan religious.”
“Jamaah telah membayangkan pengalaman ini selama bertahun-tahun sebelum mereka benar-benar tiba. Ini adalah pengalaman yang menguras emosi dan memerlukan kekuatan keuangan,” ujar dia.
Al-Sulaimani mengatakan pemerintah kerajaan ingin agar para jamaah yang kembali ke tanah air masing-masing dapat berbagi kisah dan pengalaman dengan kerabat mereka, sehingga menyemangati menggairahkan semua orang untuk menunaikan ibadah di Tanah Suci.
Sebelumnya, kementerian berharap untuk meningkatkan jumlah jamaah menjadi 15 juta pada 2022, dan 30 juta pada 2030 yang sejalan dengan Visi Kerajaan 2030.
Al-Sulaimani mengatakan bahwa kementerian bekerja sama dengan semua pemangku kepentingan guna meningkatkan layanan dan memudahkan perjalanan jamaah haji.
“Haji sangat kompleks karena dilayani oleh departemen lalu lintas, pertahanan sipil, rumah sakit dan departemen imigrasi. Seluruh negara berkumpul untuk melayani haji. Jadi para jamaah memiliki pengalamannya sendiri dengan kementerian kesehatan karena mereka harus pergi ke rumah sakit, melalui imigrasi, dan berurusan dengan kebiasaan kita, departemen lalu lintas, sektor swasta dan perusahaan bus.”
“Ini adalah pengalaman holistik yang harus dirancang dalam tim dan kemudian dihubungkan bersama,” katanya.
“Sebelum Anda merancang kota pintar dan sistem pintar, Anda harus merancang proses cerdas dan menggabungkan pemangku kepentingan dengan cerdas karena di kota akan ada kotamadya, departemen kesehatan dan sebagainya,” kata Al-Sulaimani.
“Kita harus berkolaborasi dalam satu pandangan, satu proses, untuk membuat hidup lebih mudah.”
Dia mengatakan bahwa sistem yang cerdas harus sering ditinjau “sebagai bagian dari perjalanan yang lengkap.”
Laporan: Redaksi